Oom Nerkom termasuk seorang yang menentang segala bentuk perjudian. Apakah itu buntut, Nalo, Lotto, Toto Koni, Toto Raga, SDSB, Judi Kuda Singapura, etc. etc dianggapnya sebagai penyakit yang kronis. Ia belum pernah sekali juapun iseng-iseng beli buntut.

Oom Reakode : " Kritikmu tidaklah obyektif, Kom. " Kata seorang sobat kentalnya bernama. " Kritik akan lebih kena sasaran bila cukup punya penghayatan. " Yang mempertahankan argumentasinya.
Oom Nerkom : " Maksudmu ? " tanya Oom kebingungan.
Oom Reakode : " Kau sendiri belum pernah mencobanya. " Dan itu sama saja dengan seseorang yang yang mengatakan anti film picisan sambil belum pernah menonton sekalipun. Atau seorang yang berkata anti night club padahal ia tinggal dikampung, yang jauh dari keramaian kota. Kau mengatakan hal-hal negatif tentang buntut tapi belum pernah menghayati diri sendiri. Bagaimana argumentasimu itu mendapat dukungan ? "
Oom Nerkom : " Dengan observasi. " Sahut Oom kita. " Apakah seorang pengeritik selalu perlu menghayati secara person dalam mengajukan tiap persoalan ? Apakah kalau aku katakan anti perang, aku perlu berperang ? "
Oom Reokade : " Baiklah, akan tetapi engkau terlalu mengadakan generalisasi dalam mengkritik pemasang-pemasang buntut. " Karena banyak diantara mereka yang memasangnya semata- mata karena ingin tahu tok, just out of curiosity. "
Oom Nerkom : " Okay, memang mula-mula curious, ingin tahu, kemudian meningkat menjadi iseng-iseng, daripada menganggur ada duit kelebihan, setor kepada Indung bebenyit (Ibunya anak-anak), sehingga pada satu frekwensi tertentu " terupgrade " menjadi mencadu. Itulah yang aku takutkan. "
Oom Reokade : " Dan justru karena itulah aku katakan kritikmu itu subyektif, karena berdasarkan subyekmu sendiri yang sudah apriori anti buntut, padahal pada satu intensitas tertentu memasang buntut hanya bertaraf rekreasi. " mempertahankan pendapatnya secara gigih.
Oom Nerkom : " Oh alangkah riskannya rekreasi itu. Seperti rekreasi memasang merecon, atau petasan di tengah rumah. Yang sewaktu-waktu bisa meledak, membakar. "
Oom Reokade : " Oleh sebab itu kita pasang mercon kecil, atau petasan kecil, supaya nilai rekreasi tetap terjaga. " Katanya tetap ngotot bersilat omong.
Oom Nerkom : " Memang susah beromong denganmu, Bung. " Kata Oom nerkom. " Jiwamu sudah dibius dengan kode-kode dan hitungan-hitungan gilamu itu. Untuk membuktikan bahwa kau tidak bersikap seperti apriori seperti yang kamu katakan, untuk membuktikan bahwa kesempatan menang paling maksimum adalah 1 dalam 100.000,- kasus, inilah Rp 10.000,- coba pasang untukku. Kau sendiri yang tentukan nomor. Aku tahu pasti bahwa aku kalah. " Kata Oom Nerkom sambil melemparkan Rp 10.000,- kepada temannya.

Tiga hari kemidian Oom Reokade masuk ke kantor Oom Nerkom menyampaikan kemenangan undian lotere yang dipasang oleh Oom nerkom.

Oom Reakode : " Selamat Kom, nomor yang kamu pasang mendapat hadiah Rp 700.000,- dapat kamu ambil di agent. " Tersenyum penuh harap agar Oom Nerkom memberikan hadiahnya pada dia.
Oom Nerkom : " Ah..... Yang benar saja, aku tidak percaya !!! " Ia sungguh-sungguh merasa groggy.
Oom Reakode : " Tuh kom, apa yang gua katakan bahwa rekreasi ini menyenangkan bukan ?? Mengajak debat lagi dengan Oom Nerkom.
Oom Nerkom : " Memang kukatakan 1 dari 100.000 kasus peluang untuk menang, dan bukan 0 dari 10.000 kasus. " Kata Oom kita mempertahankan pendapatnya meskipun agak setengah-setengah karena kabar memenangkan Rp 700.000,- perak mau tak mau sangat menggembirakan.
Oom Reakode : " Jadi bagaimana hadiah ini, mana bagian buat aku... Hehehehehe.. " Tertawa tanda akhirnya dia memenangkan perdebatan ini.
Oom Nerkom : " Tapi baiklah kau catat bahwa ini adalah yang pertama dan yang terakhir kali aku memasang buntut. " kata Oom Nerkom. " Mana kuponya? " Duit adalah duit, apalagi bila muncul tanpa mesti peras keringat. "
Oom Reakode : " Mana dong, tipnya buat aku !!!! Dengan penuh kemenangan.
Oom Nerkom : " Nih modalnya 10.000 perak tip buat kamu. " Sambil berlalu keluar membawa kupon hadiah keluar dari kantor menuju agent lotere.

Iceu sedang membuat surat-surat yang harus dikirimkan di komputer, Oom Nerkom baru masuk kantor lagi setelah mencairkan kupon undian lotere di agent menghampiri Iceu dengan bahagia sambil bersiul.

Oom Nerkom : " Ceu, kamu masih sibuk ?? Sambil tersenyum minta ditaksir oleh si Neneng.
Iceu : " Aduh, Iah Pak, ini surat-surat masih dalam konsep sedangkan ini harus sudah dikirimkan kedaerah-daerah. " Jawaban Iceu sambil tetap menggerakan jari-jemarinya pada tuts komputer.
Oom Nerkom : " Sudahlah, besok saja ini sudah terlalu sore, masih ada hari esok " Tomorrow will be better. "
Iceu : " Tapi ini tanggung Pak sedikit lagi. "
Oom Nerkom : " Ceu, bagaimana kalau kita jalan-jalan, kebetulan ada film baru Jit Lee : Romeo Must Die. Sebentar lagi kan Oom dapat kenaikan eselon. Hayo honey... "
Iceu : " Okay, kalau begitu, kebetulan aku juga akan berbelanja ke super market mau beli Cardingan buatan Great Britain, dan seperangkat alat kosmetik. " Iceu tahu pasti Oom ini mudah sekali mengeluarkan uangnya bila dia mengajukan permohonan.

Pada Iceu dalam kesempatan " Kuliah bahasa Inggris " Di bioskop ia kemukakan rencana pengeluaran yang seper empat bagian itu yang karuan saja membuat si Neneng menghayalkan diri dalam cardingan pure wool made in Great Britain yang bakal tiba.

Oom Nerkom : " Seru yah film-nya, Meskipun mainya di Amerika si Jet Lee mainya masih seperti dalam Film Kungfu Master, mister Wong. " Kamu suka film ini ??? sepulang dari nonton film.
Iceu : " Ya.. yah..., Tapi film ini kurang romantis, teknik dan teknologi canggih karena sama dengan pembuatan film matrik. Ya.. yah bagus. " Dengan lemas ia mengomentari film tersebut.
Oom Nerkom : " Yah, lebih bagus dari pada film " Lethal Weapon " Sambungnya dengan bangga.
Iceu : " Yah, karena Jet Lee ketika itu bukan sebagai peran utama, hanya peran pembantu, Insert saja atau sisipan. " Dengan lemas dia mengomentari film tersebut sambil matanya sedikit-sedikit terpejam lelah karena seharian bekerja di depan komputer.
Oom Nerkom : " Ceu, kelihatanya kamu lelah, kita tidak usah ke Super Market kita langsung pulang saja, aku kira ini sudah terlalu sore. "
Iceu : " Jadi kapan aku dibelikan Cardingan pure wool in Great Britain. " Matanya jadi terbuka mendengar keputusan sepihak dari Oom Nerkom.
Oom Nerkom : " Biar nanti aku yang memberikan sesuai dengan keinginanmu. "
Iceu : " Yah, sekalian dengan alat-alat kosmetiknya Oom. "
Oom Nerkom : " Ya.. ya.. yah.. beres. "

Pada benak Oom Nerkom sudah tersedia program pengeluaran setengah dari uang itu, ia merencanakan untuk beli sebuah Walkman, seperempatnya untuk insentif pendekatan pada Neng Iceu, sekertarisnya yang secara langsung mengajukan permohonan membeli cardingan baru made in Great Britain, beserta seperangkat alat-alat kosmetik, dan sisanya bakal hadiah buat Tante Nerkom pada ulang tahunya minggu depan sebagai satu surprise. Itulah rencana anggaran Oom Nerkom yang cukup mencakup bidang-bidang efisiensi dan rekreasi.

Namun demikian pada pagi hari ketika ia akan mengambil hadiah Oom Nerkom kelihatan mencari-cari sesuatu.

Oom Nerkom : " Joni, dimana celana papi yang coklat ? " Ia bertanya kepada anaknya yang laki-laki.
Joni : " Tadi dibawa si bibi ke tukang penatu. " Jawab si Joni sambil memebaca majalah dan makan kacang tanah.
Oom Nerkom : " Sompret, sudah lama ia pergi ? "
Joni : " Sudah sejam. " Sahut Joni
Oom Nerkom : " Celaka. " Kata Oom sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. " Apakah tadi tidak diperiksa dulu kantong-kantongnya ? "
Joni : " Bi, diperiksa dulu kantong-kantongnya ? " kata Joni meneruskan pertanyaan ayahnya, pada bibi pembantu.
Bi Ijah : " Diperiksa tuan. " Kata bi Ijah di dapur sedang masak.
Oom Nerkom : " Celaka, Celaka paripurna. " Ia berkata lagi tapi kini ia agak berbisik. Ia teringat bahwa dalam saku belakang celana itu terdapat 2 buah sobekan karcis bioskop, bekas menonton dengan Iceu yang belum sempat " Diamankan. "
Kalau saja......
Sementara itu Tante Nerkom muncul.
Oom Nerkom : " Mih, kau tidak menemukan....... ? "
Tante Nerkom : " Ya, sebuah kupon Totoraga atau buntutnya dan 2 buah karcis bioskop kursi paling belakan A1 dan A2. "
Oom Nerkom : " Betul, Mih, kemarin aku nonton bersama Pak Amir. " Cepat-cepat menyela, melihat situasi sudah mulai gawat.
Tante Nerkom : " Dan hadiah ini untuk siapa ? kau pasti punya rencana, bukan ? " Tante Nerkom semakin menjuruskan seranganya.
Oom Nerkom : " Tentu saja, Mih, aku punya rencana. bukankah minggu depan kau berulang tahun ? kau boleh gunakan semaumu. Itulah hadiah ulang tahun untukmu. " Kata Oom Nerkom dengan mulut bersemangat tapi hati sempoyongan.
Tante Nerkom : " Betul semuanya ? " Tanya Tante.
Oom Nerkom : " Ya, semuanya. All is yours. " kata Oom pura-pura bersemangat.
Tante Nerkom : " Dengan rencanaku, Pih. Untuku : sebuah beauty kit, sebuah batik Sala Asli, satu setel panci, meskipun itu masih kurang, aku akan belikan sebuah sarung Cap Kaki Gajah dan sajadah untuk kamu sholat diluar uang " panas itu " supaya kamu sedikit bertobat, dapat beribadah, Allah Maha Pengampun. Dari pada uang itu dipakai tak karuan, lebih baik dimanfaatkan. Dan kalau ada sisanya untuk beli tape, untik beli....

Sisanya tidak terdengar lagi oleh Oom. Rencana untuk membeli " Walkman dan hadiah untuk Iceu terpaksa dipetieskan.

DRS. KARDUN & OOM NERKOM adalah tulisan Almarhum Drs. zainal Arifin
Hidayat, yang biasa beliau tulis dalam ruang relax golempang yang hadir setiap
bulan di majalah Suara Daerah Majalah Pendidikan dan Profesi Guru PGRI jawa
barat, dimana beliau sendiri sebagai perintis dan Pimpinan Redaksi Majalah Suara
Daerah, berhasil saya kumpulkan sebanyak 73 cerita, mulai dari Suara Daerah No. 5
tahun 1971 dan terakhir No. 88 Juli 1978, ceritanya cerita lama Kisah perjalanan
guru Drs. karta Dundawigena atau disingkat Drs. Kardun dan Pejabat sukses Oom
Nerkom.

Dengan latar belakang Demo guru dari PGRI Jawa Barat sebanyak lebih dari
20.000 orang ke Gedung MPR/DPR, Jakarta dan pada saat bersamaan ribuan guru
yang lain berunjuk rasa ke depdiknas dan depkeu, pada tanggal 18 April 2.000
membangkitkan ide pada saya untuk merubah cerita biasa perjalanan guru itu
dengan kejadian yang terjadi di tengah masyarakat, seperti tuntutan kenaikan gaji
pokok dan tunjangan fungsional guru hingga 500 %. Dan Drs. Kardun sebagai tokoh
lokal PGRI Cabang Legok Winaya ikut bagian dalam Demo tersebut. Drs. Kardun
adalah seorang guru teladan yang aktifitasnya tidak hanya sebatas ruang kelas
tempat dia menjadi "Raja Kelas" mengajar sejarah, tetapi dia adalah tokoh
masyarakat di Legok Winaya yang dihormati keberadaanya, tokoh PGRI yang ahli
pidato, jago bertutur dengan kata-kata, berdebat dalam diskusi, jago bahasa inggris
sehingga Pada saat kedatangan tamu dari Australia ATF (Australian Teachers`
Federation) ke Legok Winaya beliau sebagai interpreter darurat. Sebagai seorang
ayah, kepala keluarga, sebagai seorang seniman drama dan olah ragawan
khususnya sepak bola, bulu tangkis, catur dan voley.

OOM NERKOM adalah pamanya adalah seorang Direktur, yang sifatnya
seperti Hilter kecil di kantor, tapi sikapnya lucu, dan masih berjiwa muda, play papa
kepada lawan jenis khususnya Iceu, tetapi hanya just for fun, tidak sampai ke
Cassanova. Tetapi masih setia kepada isterinya Tante Nerkom (Vera), yang aktif
arisan dengan para pejabat elite dan pengusaha kakap. Jano anaknya memiliki sifat
yang sama dengan bapaknya dalam masalah dengan perempuan, sehingga saling
menarik dan menegang.