Bagi mereka para junior terutama guru-guru muda inpres memperggunakan RTA ini semacan reuni. Muka berseri-seri karena bertemu dengan sobat sekolah yang sekian lama berjauhan. jabatan tangan erat-erat, saling merangkul penuh haru, obrolan hangat tukar menukar informasi dan pengalaman tadi sebelum rapat dimulai jelas menunjukan bahwa RTA ini bermanfaat juga untuk ber-reuni. Hanya kadang-kadang sebagian sobat muda itu demikian terus terharu "sono" atawa rindu sehingga sebagian dari RTA dimanfaatkan untuk melanjutkan acara "tepang sono" yang terputus sebentar oleh pengumuman announcer yang menyatakan RTA akan dimulai.
Ledakan kesonoan ini sampai pada batas waktu tertentu memang dapat difahami. "Anak-anak inpres" berdatangan dari banyak pelosok Nusantara.
Mbak Muti :" Wadduh suddah lamma kita tiddak jumpa." yang dilanjutkan dengan dialog bahasa aslinya Mataram, kepada temannya mas Joko.
Mas Joko : " Iya ini, Mbak, wong ngaku ngajarnya jauh ndari kota, jaddi ngaku cuma sekali seminggu ke kota.'
Mbak Muti : "Mampir donk ke rumah, wong aku jarang ada teman seperantauan mas ?
Iwan :"Ti iraha ilaing jadi kasep ?" (Sejak kapan kamu jadi cakep?) Kata seorang guru Inpres dari daerah Tasik. Sambil memukul temannya Ujang Dedin.
Ujang Dedin : " Yeuh, sejak sayah ngajar deukeut pabrik apu, kulit aing jadi rada bodas."
Iwan : "Heu euh, kulit maneh jadi rada bodas, tapi jiga hapur, panu kulitna rada molotok."
Disana -sini nampak teman-teman muda yang mempergunakan kesempatan baik untuk memperluas cakrawala perkenalan. Masa muda adalah masa indah yang dilampaui sekali saja dalam hidup insan.
Akan tetapi tidak sedikit teman-teman guru Inpres ini yang beranggapan bahwa RTA PGRI adalah medan penting bagi guru, dimana ia dapat berbicara, berpikir dan mencetuskan aspirasi.
Pak Jalil (Annoucer) :"Perhatian -perhatian kepada semua peserta RTA Ancan Legokwinaya agar menempati tempat duduknya masing-masing, karena sebentar lagi akan disampaikan Laporan Pengurus Ancab Legogwinaya oleh Bapak Dr. Karta Dundawigena alias Bapak Kardun.'
ACARA laporan Pengurus Ancab Legokwinaya oleh Drs. Kardun sudah selesai. Paduka yang mulia Ketua menyampaikan secara garis besar saja. sepuluh menit, untuk apa panjang-panjang ?
Pak Kardun : " Secara tertulis laporan lengkap sudah disampaikan kepada ranting-ranting seminggu yang lalu. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih." Penutup dari acara laporan pertanggungajawaban sebagai ketua PGRI Ancab Legokwinaya.
Peserta Sidang : bertepuk tangan prok-prok riuh rendah.
Mereka sang tokoh-tokoh ranting harus membacanya. Kenyataannya memang banyak diantara mereka yang masih membolak-balik laporan fotokopian itu. Ada yang berkerut dahinya, ada yang tanpa ekspresi, ada pula yang mempergunakan RTA ini untuk semacam reuni, mengapa tidak ?
Pak Iwan Protes : "Kenapa yang diberikan fotocopy laporan hanya para ketua ranting dan para senior, kita anak-anak inpres tidak dibagikan..."
Pak kardun :" Terima kasih, Karena laporannya tebal dan banyak, dan tentu saja keuangan Ancab tidak hanya untuk fotokopian laporan yang hanya diberikan kepada tokoh ranting, yang mewakili anggota-anggota se Kecamatan Legok winaya yang berjumlah 300 orang itu. Jadi seharusnya mereka membacakan laporan ini kepada saudara-saudara."
Pak Jalil (Annoucer) : "Baiklah kepada semua peserta RTA Ancab Legokwinaya acara selanjutnya adalah tanggapan atau pandangan umum atas laporan Pengurus Ancab Legokwinaya yang dipimpin oleh bapak Drs. Karta Dundawigena alias Bapak Kardun.
Dibawah ini adalah pidato ketua ranting Legokwinaya Barat yang menanggapi kebijaksanaan Pimpinan Ancab.
Pak Tardi : " Rekan-reka yang saya hormati PGRI adalah organisasi profesi. Tapi adakah insan yang demikian sempit fikirannya sehingga tega mengatakan bahwa PGRI sudah menjadi organisasi profesi maka jangan-jangan coba bicara diluar dari profesi keguruan. Seakan-akan ia cuma diberi kesempatan hidup dari tugas-tugas profesional saja. Hak-hak profesionalnya apakah sedang cuti ? Kesejahteraan guru apakah sudah tercapai secara merata ? Disana-sini memang nampak kesejahteraan. Ada mobil mewah, rumah mewah dan gaya hidup orang yang sudah "binnen". Akan tetapi sebagian terbesar dari guru-guru dipelosok tanah air ini masih belum hidup seperti sewajarnya manusia yang bukan saja harus memiliki segudang kecakapan dan pengetahuan akan tetapi juga harga diri selaku warga negara yang sudah 55 tahun merdeka."
Pak Dani : " Memang taraf hidup guru jauh meningkat dari zaman regime Orla, Orba, zaman reformasi, akan tetapi praktek-praktek gaya lama masih banyak terdapat disana-sini. Kesejahteraan material spiritual yang semestinya sudah "built in" dalam guru yang profesional masih perlu di perjuangkan. Mestinya hak (betapapun dan berapapun besar kecilnya) tidak perlu diperjuangkan lagi dalam satu negara yang sudah merdeka 55 tahun. Karena untuk itulah kita telah berjuang dengan banyak memberikan pengorbanan. Apalagi kalau hak itu banyak digerogoti. Dalam hal ini saya melihat bahwa pimpinan Ancab Legokwinaya itu memang telah berbuat sesuatu. akan tetapi mereka telah gagal dalam melaksanakan program kerja secara memuaskan." Tokoh partikulir dari Legokwinaya Timur tidak kurang pula galaknya. Pimpinan Ancab mendapat kritik cukup pedas. "Kalau tidak sanggup memimpin organisasi lebih baik mundur saja." katanya.
Pandangan umum dari pembicara-pembicara lain semuanya berirama "Pangkur" semuanya galak-galak. Beleid dan hasil kerja pengurus Ancab Pimpinan Drs. Karta Dundawigena mendapat serangan habis-habisan. Tiap pembicara tampil dengan gaya sendiri. Ada yang topan kata, gemuruh mulut, sambil mata membelalak dan tangan mencak-mencak gaya tepak tilu. Ada pula yang dibumbui humor mengundang tawa akan tetapi tidak lupa menyemprot pengurus. namun ada pula yang bergaya tenang, alon tiap kalimat meluncur pelan-pelan terkendali, pertanda emosi dapat dijinakan, akan tetapi tidak jarang pula disana-sini melancarkan " jab-jab" kritik yang cukup kena sasaran.
Bung Oman dari Ranting kulon berbicara : " Hendak kemana pengurus ? tak perlu macam-macam rencana muluk-muluk. Kepentingan anggota dahulukan. Pengurus untuk anggota, bukan anggota untuk pengurus. Masa rapel kami akan dipotong tanpa konsultasi pengurus diam saja."
Bung Eman dari ranting Kaler :" Keresahan kami bukan lantaran potongannya." dengan cukup tenang, akan tetapi cara pemotongan itulah yang kami kurang setujui. Kami cukup lama menantikan datangnya rapel itu. Laksana menantikan tibanya seorang gadis."
Anak-anak Inpres yang masih muda bertepuk tangan dan bersuit-suitan.
Bung Eman :" Namun kami terperanjat, demi melihat kedatangan sang idaman hati jauh dari dugaan dan pendengaran semula. Sang gadis menderita cacat karena perbuatan usil."
Tepuk tangan semakin membahana.
Pak Jalil (Annoucer) : " Baiklah kepada semua peserta RTA Ancab Legokwinaya acara selanjutnya adalah tanggapan atas pandangan umum yang disampaikan oleh peserta sidang. Kepada Bapak Drs. Karta Dundawigena alias Bapak Kardun, kami persilahkan."
Pak kardun :" Saya sudah terbiasa dalam situasi semacam ini. Bahkan saya senang bahwa tokoh -tokoh lokal PGRI masih mampu menyuarakan hati nuraninya. Suatu tanda bahwa PGRI masih hidup dan berfungsi. Bukan sekedar kumpulan orang-orang yang bayar iuran yang mendengarkan instruksi demi instruksi dan harus mengiyakan setiap keputusan tanpa perlu berpikir dan bersuara. Guru profesionalkah kalau tak mampu lagi berfikir dan bersuara menurut irama pikiran dan suaranya sendiri ? konon lagi kita adalah pengelola calon generasi abad 21 ." Dengan tenang beliau membuka pidato tanggapannya.
Peserta bertepuk tangan tanda setuju dengan apa yang disampaikan oleh sang ketua.
Pak Kardun : " Kami dari pengurus PGRI dan sebagian dari peserta sidang bergabung bersama dengan lebih dari 20.000 guru di pelosok Jawa Barat pada tanggal 18-04-2000, mendatangi Gedung MPR / DPR untuk menuntut kenaikan gaji pokok dan tunjangan fungsional guru hingga 500%. Pada saat yang sama ribuan guru lainnya berunjuk rasa ke Depdiknas dan DepKeu, kita temui Bapak ketua DPR Akbar Tanjung, Menteri Pendidikan Yahya Muhaimin dan Bapak Sekneg Bondan Gunawan. Dan masalah kitapun dibicarakan di sidang kabinet. Dan apa yang selanjutnya terjadi... kita masih terus berjuang."
Peserta bertepuk tangan riuh, sebagian ibu-ibu meneteskan air mata, mengenang kejadian bulan April yang penuh heroik dari para guru...menuju gedung MPR / DPR, Istana Presiden, Depdiknas dan Depkeu.

Peserta ; " Hidup para guru, ...hidup guru, hidup PGRI..." sambil bertepik tangan riuh rendah.z
Pak Kardun : " Ini yang terakhir masalah potongan, kami pengurus tidak tinggal diam, kami menghubungi kepala Dinas, dan beliau mengatakan . " Itu baru rencana" . Masalahnya adalah kita perlu kerja efisien tapi fasilitas tidak ada. Kita perlu mengadakannya. nah, celah-celahnya ada. Itu kalau rela, eta cenah ada yang tidak setuju, itumah tidak apa-apa. Namanya juga sumbangan. Di potong langsung soteh demi kepraktisan semata-mata. Sekali lagi untuk saudara-saudara ini sekedar sumbangan serelanya, untuk pengadaan alat-alat kantor yang gunanya untuk kita ini juga. Jadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kondite (maksudnya conduite) saudara-saudara."
Baginya kritik adalah pertanda bahwa ia masih disegani, masih ada yang memperingatkan kekurangan-kekurangan yang memang manusiawi itu. bahwasanya ia tidak akan terpilih lagi, itu bukan soal.
Pak Jalil : " Baiklah kepada semua peserta RTA Ancab Legok Winaya acara selanjutnya adalah Pemilihan Ketua Umum PGRI Ancab Legok Winaya untuk periode tahun 2000 / 2001."
Pak Hidayat : " Aturan main pemilihan Pimpinan PGRI dipilih oleh anggota secara langsung. dan anggota PGRI secara leluasa menentukan pilihannya sendiri secara bebas dan rahasia. Bebas karena tiap pemilih berhak menentukan siapa kiranya yang paling tepat (menurut pendapatnya) untuk dibebani aspirasi anggota yang diwadahi dalam program kerja. rahasia karena tidak seorangpun tahu siapa yang dipilihnya."
Peserta mulai lirik sana-sini, siapa yang layak untuk mengemban misi anggota PGRI tahun 2000 / 2001, perlu orang yang masih muda dan masih semangat.
Pak Hidayat : " Kami telah menyediakan bilik suara, nanti peserta kami panggil satu persatu untuk memperoleh kertas suara sesuai dengan urutan daftar hadir, selanjutnya langsung menuliskan pilihannya dan kemudian memasukan kedalam kotak suara. setuju..."
Peserta : "setujuuuuuu...." secara serentak menjawab pernyataan Pak Hidayat.
Pak Hidayat : " Baiklah kita mulai memanggil peserta satu persatu dan langsung mengambil kertas suara ..no.1. Ibu Tuty, kami persilahkan...no. 2 Dra. Iroh...no.3. Bapak Drs. Abun.... no.4. Ibu Tanti, BA...............dst
Pak Hidayat : " No.101 Bapak Doktorandus Karta Dundawigena....
Peserta : "Huree... foto euy..pak gaya dulu pak foto..foto. Memaksa Pak Kardun berfoto ketika memasukan suaranya ke kotak suara." Jepret-jepret lampu blits menyilaukan mata kardun yang kurang tidur.
Wartawan Suara Daerah Majalah PGRI Jawa barat menghampirinya, menanyakan tentang peluang terpilihnya menjadi ketua umum PGRI Legok winaya. Seorang wanita yang masih energik.
Wartawan : " Bagaimana komentar bapak seandainya bapak terpilih lagi menjadi Pengurus PGRI untuk periode selanjutnya ?"
Pak Kardun : " Sebenarnya secara pribadi saya lebih senang untuk tidak terpilih lagi. Menjadi tokoh PGRI bukan pekerjaan empuk, karena orang akan lebih banyak dituntut oleh pengabdian daripada oleh imbalan. Makanya saya mengharapkan agar pada RTA ini terpilih tokoh-tokoh muda yang lebih mampu menjalankan missi PGRI."
Wartawan : " Apakah pernyataan bapak itu karena bapak banyak dikritik, atau sebetulnya bapak akan pensiun dari keaktifan di PGRI ?"
Pak Kardun : "Untuk mengabdi kepada cita-cita, orang tidak perlu menjadi pengurus. Mendengarkan santernya kritik saya lega hati, untuk tidak lagi terpilih. Saya sudah cukup lama aktif dalam kepengurusan. Kali ini saya tidak lagi perlu menyita waktunya untuk rapat-rapat, lokakarya, urusan pernasiban dan lain-lain dari hak yang prinsipil sampai kepada tetek bengek."
Wartawan : " Ceritanya bapak mau istirahat...mau tinggal di rumah saja begitu ?"
Pak Kardun :" Saya harap ada regenerasi, pilihlah yang masih muda dan masih energik , agar saya bisa bersantai-santai dengan Ibu Si Kucrit dan anak buahnya dalam waktu yang singkat."
Wartawan : "Tapi seandainya bapak terpilih lagi menjadi ketua Umum bagaimana." Serangan berikutnya dari wartawati itu.
Pak Kardun :" Kalau terpilih lagi, saya harus menjalankan amanat yang di emban kepada pundak saya dengan sebaik-baiknya. Terima kasih..." Pak Kardun keluar dahulu mencari angin segar diantara para peserta rapat.
Pada Waktu diadakan pungutan suara ia meninggalkan ruangan menuju kantor Ancab. Perhitungan suara untuk pemilihan pengurus Ancab biasanya memakan waktu, mengingat suara diberikan oleh setiap anggota yang hadir cukup banyak.
Pak Jalil : " Baiklah kepada semua peserta RTA Ancab Legokwinaya acara selanjutnya adalah Pengumuman Ketua Umum PGRI Ancab Legokwinaya untuk periode tahun 2000 / 2001. Kami persilahkan. Kepada Panitia kami persilahkan."
Pak Hidayat : " Perhitungan disebutkan melalui panitia pemilihan : "Hadirin mari kita adakan perhitungan suara untuk Ancab PGRI Legokwinayauntuk periode tahun 2000 / 2001. Harap saudara Tardi bersedia menjadi saksi. dari Legokwinaya Barat, Timur, Utara dan Selatan mengirimkan satu orang wakilnya untuk membantu saya.
Pak Tardi : " Doktorandus Karta Dundawigena! Deeres Kardun ! Pak Kardun ! Deeres Karta D ! Pak Karta D, Sdr. K. Dundawigena ! Kardun, Kardung ! Akang Kardun ! Abdi mah milih Akang Kardun ! I Choose Mr. Kardun, Bapak Kita Kardun...Dun... dst. sampai sang announcer merasa perlu meneguk air karena terus menerus ber-Kardun.
Semua Peserta 100% memilih Bapak Drs. Kardun. Semua peserta mengucapkan selamat, ada yang memeluknya, dan seperti pemilihan Presiden Abdurahman Wahid, membacakan Shalawat Badar.
"Thola'al Badru alaina Minsani atil wadaa, wajabas syukron alaina mada'a lillahi dai"
" telah datang bulan purnama diatas bukit Wada, wajiblah kita bersyukur padanya dan hanya kepada Allah lah kita menyeru.'
Usai bertempur dengan catur, saling membabat dengan debat, hatta rapat anggota PGRI Ancab Legokwinaya itu tiba pada pemilihan formatur. Ketegangan yang tadi tersalurkan melalui catur kini mulai mengendap dalam dada masing-masing. Karena bagimanapun juga, membabat Kekurangan-kekurangan satu kelompok insan, melontarkan kritik-kritik, meskipun diperlukan untuk memberikan nafas demokrasi kepada suatu organisasi, tidaklah sesulit dan serumit melaksanakannya. Pak Kardun sebagai pimpinan sidang.
Pak Kardun : " Saudara-saudara meskipun rapat bisa saja berakhir bilamana stofmap-stofmap sudah penuh dengan berkas-berkas, akan tetapi mobil organisasi belum berangkat dengan bensin keputusan-keputusan sebelum mang sopir nonghol. Ia membutuhkan satu kelompok manusia yang bernama pengurus, pelaksanaan dan penyalur keputusan-keputusan rapat. satu kelompok insan yang dalam kelompok warga PGRI selalu mesti sanggup berwajah, bertelinga, dan berhati tebal."
Rapat mendadak menjadi tenang. Sementara bintang-bintang sidang, macan-macan mimbar sebagian berdak-dikduk dalam dada takut-takut kalau-kalau diajukan jadi calon formatur. Namun sebagian lagi ada yang gedebak-gedebuk dalam kalbu kalau-kalau tidak ada yang mencalonkan, karena menganggap sudah cukup berkompeten cukup punya pola dan polo untuk menjadi ketua di Legokwinaya atau jadi Sekertaris, minimal ada juga yang sanggup menjadi bendahara untuk mengatur belanja Ancab. Tapi semuanya hanya dalam dada saja.
Pimpinan Sidang : Kami mengharapkan usulan dari peserta sidang siapa yang berhak dicalonkan menjadi Ketua I, Ketua II, Sekertaris dan Bendahara, kami persilahkan..."bagimana Peserta sidang setuju.....
Peserta Sidang : " Setuju............., setuju sekaliiiiii."
Tok ...... palu sidang di pukul....
Eman : " Saya mengusulkan Bung Warta, BA, untuk menjadi ketua dia adalah sang organisator yang cukup kesohor dan punya pamor."
Gank Eman : " Ya, saya setuju............."
Pak Jalil : " Saya mengusulkan Pak Drs. Moh. Hidayat yang dalam pengurus lama adalah sekum, yang cukup capable, acceptable, responsible, favourable, reliable dan beberapa predikat able-able lainnya."
Jalil Gank : " Ya setuju... tanpa Bung Moh. Hidayat untuk sementara, sebelum datang Hidayat-hidayat muda, Legokwinaya akan kehilangan tipe administrator yang cukup canggih..."
Dudi : " Saya mengusulkan Bung Rujai..."
Bung Iman : " saya mengusulkan Bung Eman."
Bung Oman :" Saya mengusulkan Bung Uman"
Bung Uman : "Saya mengusulkan Bung Oman."
Bung Eman : "Saya mengusulkan Bung Iman"
Ketua Sidang : "Pengumuman daftar calon yang diajukan peserta sidang sebagai berikut : Warta BA, Ramlan, Drs. M. Hidayat, Rujai, Eman, Oman, Uman, Iman. setuju..
Peserta : "Setuju......"
"Tok".............. Palu sidang di pukul.
Ketua sidang diminta oleh rapat untuk mengetahui kesediaan para calon. Jangan - jangan ada yang keberatan. Apalagi didengar kabar bahwa Drs. M. Hidayat yang dianggap cakap bertindak sebagai Sekum Legokwinaya yang cukup bersuraji dalam administrasi menyatakan akan mundur.
Ketua Sidang :" Karena sifat orang timur, kata orang tidak mau menonjolkan diri, maka kami mengambil kebijaksanaan untuk mengetahui kesanggupan calon itu dengan cara berikut : Sanggup harap diam atau mengangguk dan bila tidak sanggup harap mengatajkan tidak sanggup. Sang ketua menganggap bahwa orang Sunda dianggap tidak sombong bila mengatakan "Tidak sanggup" bahkan terlalu sering berkata seperti itu.' Bagaimana peserta sidang setujuuuuuuuuu..!!!"
Peserta Sidang : " setujuuuuuuuuuuuu"
Ketua Sidang : " Saudara Warta apakah saudara bersedia dicalonkan."
Wata BA. : "Sanggup, Pak !"
Ketua Sidang : " Saudara Ramlam, apakah saudara berasedia dicalonkan."
Ramlan : "Sanggup Pak !"
Ketua Sidang : " Saudara M. Hidayat apakah saudara bersedia dicalonkan."
Pak Hidayat : Hanya menganguk-angguk ! Ia terpulas santai bahkan terangguk-angguk. Apalagi tempatnya duduk tidak begitu diterangi." Ia kaget terperanjat. Tapi ia cukup ksatria untuk tidak mencabut kesediaannya itu meski tidak sengaja.
Ketua Sidang :" Saudara Rujai, apakah saudara bersedia dicalonkan."
Rujai : "Sanggup, pak."
Ketua Sidang : "Saudara Eman apakah saudara bersedia dicalonkan.."
Eman : " Sanggup Pak !"
Ketua Sidang : " Saudara Oman apakah saudara bersedia dicalonkan.'
Oman : "Sanggup Pak !"
Ketua Sidang : " Saudara Iman, apakah Saudara bersedia di calonkan."
Iman :" Tidak sanggup Pak ! " Saya lebih baik dimaki istri daripada dimaki dalam forum PGRI"
Ketua Sidang : "Saudara Uman, apakah saudara bersedia dicalonkan.'
Uman : "Tidak ...sanggup, Pak ! "Saya mah banyak kesibukan..."
Ternyata hanya 6 orang yang diam dan berarti sanggup. Termasuk Bung tersayang Drs. M. Hidayat yang memang berfisik gendut (Saingan Mang Ahid) meski punya tongkrongan yang cukup dapat diketengahkan dalam rapat Idhata. Semua bernafas lega. Puas ternyata Bung Hidayat masih sangat mesra terhadap PGRI. Masih berminat dan bersemangat.
Pada Waktu pemungutan suara tidak jauh berbeda dari dugaan.
Pimpinan Sidang : "Hasil dari pemungutan suara maka tersususn formatur sebagai berikut : Ketua I Marta BA, Ketua II Ramlan, Sekum Drs. M. Hidayat." Setuju...
Peserta sidang bertepuk tangan dengan lega prok..prok Hidup pak Marta ..Hidup Pak Hidayat...setuju..........
Tok...tok... tok... palu sidang di pukul.
Drs. Kardun yang seperti yang anda ketahui telah menjadi tokoh cabang untuk melantik mereka , yang segera menjalankan tugasnya dengan lancar.
Kardun : " Selamat, Yat ! tadinya aku hampir kecil hati karena dengar-dengar kau akan menyatakan tidak sanggup. Untung akhirnya aku tahu cintamu pada organisasi guru tidak kalah oleh cita-citamu pada yang lain.
Hidayat : "Yah, akan bagaimana lagi. Siapa pula yang akan mencintainya kalau bukan kita-kita ini."
Kardun :" Kau terlalu bekerja keras, Yat. Matamu nampak merah dan lesu."
Hidayat : " Maklumlah menghadapi rapat . Banyak yang mesti disiapkan. Kau kan tahu bagaimana suasana rapat Pegri ? Tiga malam aku menyusun pertanggung jawaban..........
Memang demikian, pembaca tercinta. Karena kurang tidurnya iru Drs. Moh. Hidayat terkatuk-katuk sewaktu ketua sidang menayakan kesanggupannya sang beliau sedang tiga perempat tidur. Ia terpulas santai bahkan terangguk-angguk. Apalagi tempatnya duduk tidak begitu diterangi. Tapi ia cukup kesatria untuk tidak mencabut kesediaanya itu. Meski tidak disengaja.