Hari Guru tanggal 25 Nopember, untuk pertama kalinya dirayakan di luar ibu kota kecamatan Legokwinaya. Sekali-kali perlu untuk memberikan kesempatan pada ranting yang mampu untuk merayakannya, demikian pendapat tokoh organisasi swasta yang paling top di Legokwinaya Drs. Karta Dundawigena alias Kardun. Tentu saja meskipun ini adalah pendapatnya, ia juga meminta pertimbangan anggota pengurusnya. Dilingkungan PGRI, inisiatif, motivasi, kritik diundang agar berkembang untuk dibicarakan bersama. Sekali keputusan diambil maka ini bukan lagi keputusan sipengambil inisiatif. Dan semuanya mesti menghormati dan mentaatinya, terlepas apakah tadi ia setuju atau tidak. Inilah diskusi rapat hari guru di kantor Cabang PGRI Legok Winaya.
" Saya mempunyai usul karena kegiatan hari guru setiap tahun selalu diadakan di ibukota Kecamatan bagaimana untuk kali ini kita mengadakan di luar kecamatan ?" Kata Kardun kepada peserta rapat.
"Saya setuju, kami Ranting Kertawinaya siap jadi tuan rumah, dengan alasan terdiri dari 5 kampung dengan jarak yang cukup berdekatan serta 7 buah SD dan sebuah balai desa yang cukup representatif untuk ukuran Legokwinaya serta kegiatan masyarakat yang cukup mantap dalam masa reformasi pembangunan ini." Kata Endut mengusulkan sarannya.
"Setuju saja, tapi Desa Kertawinaya itu terlalu jauh dari tempat kami Legok Meong, dan saya pun bersedia menjadi tuan rumah ?" Kata Pak Sar'an mengomentari.
"Saya setuju dengan usulan Pak Endut ?" Kata Pak Edi.
"Baiklah, pada prinsipnya semua setuju untuk Peringatan Hari Guru dilaksanakan di luar Ibu Kota Kecamatan Legokwinaya ?" Kata Pimpinan Rapat, Kardun.
Peserta rapat :"Setuju !!!"
"Kita lakukan voting saja, siapa yang setuju diadakan di tempat Drs. Endut dan Pak Sar'an angkat tangan, Okay." Kata pimpinan Sidang Kardun.
Peserta : "Yah.. setuju."
"Yang setuju diadakan di tempat Drs. endut ? Silahkan berapa orang ? satu, dua , tiga....20 orang, berarti sudah 2/3 setuju diadakan di Kertawinaya. Kesimpulan rapat hari ini adalah peringatan hari guru diadakan di Kertawinaya, setuju...!!!
Peserta : "Setuju."
Kardun :"Dan terakhir saya mempunyai usul, bagaimana kalau Bapak Endut saja sebagai ketua Pelaksananya ???"
Pesrta : " Yaaaa... setuju....."

"Selamat atas terpilih Drs. Endut sebagai Lurah di Desa Kertawinaya, berarti kau dapat dua jabatan struktural dan fungsional, sebagai guru dan sebagai Kepala Desa, dan kalau dihitung jumlah tunjanganmu sama dengan eselon IA Rp 9 juta...hahahah." Sambil memberikan uluran tangan dengan hangat kepada temannya pak Endut.
"Itulah enaknya jadi guru, kepercayaan masyarakat terhadap Bapak dan Ibu Guru sebagai kaum intelek desa (Village Intellectuals), tidak hanya percaya untuk menitipkan anaknya agar cerdas, tapi juga guru adalah tokoh masyarakat, guru adalah digugu (ditaati) dan ditiru." Kata Endut.
"Hahahah." Tertawa pendek " Guru selalu dilibatkan bukan saja kegiatan-kegiatan seperti perayaan nasional dan kegiatan yang memerlukan pengerahan masa akan tetapi juga sering dalam pemilihan pemimpin desa. Dan kau yang terepilih...." Hheheheh"
"Ini juga karena aku ini seorang guru dan ikut organisasi PGRI, yah itulah guru Desa, Intelek Desa (Village Intellectuals)." sambil tersenyum..."
"Yah peristiwa ini mesti kita rayakan dan syukuri, gurulah yang melahirkan para reformis sepanjang masa." Kata Kardun sambil terharu menggelegar dadanya mengenang para reformis yang gugur muda.

Pak Kardun sedang membersihkan motor vespanya di depan rumahnya.
"Pak belum juga berangkat !!!" Kata Ibu Kardun.
"Ah, sebentar lagi, perjalanan ke Desa Kertawinaya hanya memerlukan 20 menit perjalanan."
"Aku hanya mengingatkan, pakaian resmi sudah siap..., jas, dasi diatas meja, balpoin erow dan sapu tangan." Kata Entin Kardun.
"Yah, terima kasih sayang." sambil melihat senang kepada istrinya. "Yah selesai..si Domba, Si Perahu, vespa keramat yang mengantarkan aku jadi sarjana...heheheh." sambil menggepalkan tangannya.
Pak Kardun masuk kamar mengganti pakaian yang kotor penuh oli dengan pakaian resmi....

Pak kardun keluar dari kamarnya dan menghampiri istrinya.
"Mah , bagaimana serasi tidak pakaian ini." minta di taksir oleh sang istri.
"Yah, kau tambah ganteng saja Pap. Serasi sekali..."
"Tapi rasanya jas ini makin menyempit saja." Sambil memperhatikan perut dan pinggulnya.
"Yah kan jas itu sudah lama, dulu kamu agak ramping sekarang kamu agak gendut heheh hihihi... Ayo ah cepat berangkat..."
"Iya beres..." Sambil berlenggok menghampiri sepeda motornya.
"Tunggu dulu pak, jangan lupa ini jas hujan dan payungnya..." berteriak di dalam rumah Pak Kardun sudah siap berangkat.
"Ah, mah tidak usah...hari ini begitu cerah, aku yakin tidak akan ada hujan..." motor terus berlalu...""Yah...sudah. Kalau tidak mau bawa ." sambil memegang jas hujan dan payung.

Pak Kardun naik vespa antiknya berjalan diantara sawah subur dan palawija.
"Masih ada waktu 30 menit lagi...acara belum dimulai, santai saja..." Menyelusuri jalan ke arah Kertawinaya diatas vespa faforitnya, Si antik 125 cc kelahiran 35 tahun silam yang olehnya di gelari "Si perahu."

Jam menunjukan pukul 08.30 WIB masih ada waktu 30 menit sebelum dimulai. Matahari pagi bersinar kuning pucat di celah awan kelabu yang beriring ditiup angin. Bulan Nopember memang musim hujan. Sedangkan jarak ke Kertawinaya masih cukup jauh.
Celaka bagi yang punya lelakon. Tiba-tiba hujan memaksa turun, seakan-akan tidak tahan lagi bergayut sebagai awan. Mula-mula bergerimis dan kemudian menderas. Drs. Kardun cepat-cepat membelokan vespanya ke sebuah warung yang untung letaknya tidak jauh. Untuk memaksa menentang alam tanpa berjas hujan akan sangat merepotkan, terutaman karena ia akan menjadi pusat perhatian.
"Hujan ...wah cilaka tujuh puluh nih..." Masuk ke ruang resepsi dengan pakaian basah kuyup jelas tidak akan menguntungkan." Sambil membelokan vespanya ke dalam warung.
"Wah gawat ini, tidak bawa jas hujan lagi, masuk ke ruangan resepsi dengan pakaian basah kuyup, akan jadi bahan lelucon saja." Sambil melihat jam tangannya. "Waduh ...tinggal 15 menit lagi... memalukan kalau kesiangan."
" Bi, ada jas hujan, tidak ??? Saya mau pinjam jas hujan nanati kalau sudah selesai nanti saya kembalikan kesini !!!!""Sebentar saya cari dulu." Mencari ke dalam rumah." Ohhh maaf sedang dipakai suami saya ke balai desa Kertawinaya. Ada acara hari guru." Kata Bibi warung.
Bibi warung masuk lagi ke dalam rumah... memebawa payung hitam yang sudah butut dan ada bagian-bagian yang rombeng.
"Tapi kalau payung hitam mah ada lumayan dari pada ke hujanan ."
" Ah, nuhun Bi, Saya naik vespa, bervespa sambil berpayung jelas menjadi bahan tertawaan orang. Belum lagi terdapat risiko ditiup angin kencang. Atuh payungna ngapung, terbang ?"
"Naon atuh, da teu aya deui, tidak ada lagi, paling oge daun pisang kalau mau mah akan bibi potong daun pisang di belakang.
" Ada kantong plastik yang besar tidak bi. " Setelah berfikir sejenak.
"Kalau kantong plastik gede mah aya, nih silahkan... sambil memberikan kantong plastik besar..."
"Aduh terima kasih Bi, saya ikut ke belakang bi..." Sambil nyelonong ke dalam rumah.
"Silahkan Den...."

Drs. Kardun pergi ke belakang dan kemudian menaggalkan pakaian resmi resepsinya yang kemudian dimasukannya ke dalam kantong plastik itu dan disimpannya dalam tempat barang vespa antiknya. Dengan hanya bercelana dalam dan singlet ia menuju tempat resepsi itu dalam hujan yang semakin deras.
"Waduh tinggal 10 menit lagi... harus di kebut nih." Sambil melihat jam tangannya dan memindahkan gigi koplingnya.
Waktu tinggal 10 menit lagi. Desa Kertawinaya semakin dekat. Angin bertiup kencangnya. Disebuah belokan ia berpapasan dengan sebuah Landrover, milik Pak Camat !
"Waduh mobl Pak Camat ! Berarti bahwa Pak Camat sudah dahulu datangnya. Akan sangat tidak enak bila tuan rumah mesti ke dahuluan undangan." Di kebutnya motor vespa antiknya. Pada saat itu mendadak si Antik terbatuk-batuk untuk kemudian berhenti sama sekali."Wah pasti gara-gara businya kebasahan. Maklumlah si Perahu sepanjang jalan kehujanan dan kebanjiran. Cilaka nih..."
Dicoba mensaternya kembali. Namun Si Sepuh tetap membandel . Jarak ke Balai Desa tinggal 2 kilometer lahi. Untuk berlari kesana, jelas bukan jatah Kardun yang tidak muda lagi.
Untunglah ada seorang anak yang sedang berhujan-hujanan sambil naik sepeda. Dengan tidak berfikir panjang dihentikan sepeda anak itu.
"Jang, kamu bapak bonceng, ya ?" Tanpa menunggu jawaban, di pegangnya batang kemudi, sementara si anak yang terpelongo keheranan dengan segan naik boncengan di belakang.
"Tunggu yah...bapak mau menyimpan motor dulu." Si Perahu setelah di kunci dibiarkannya di sebuah kandang bersama 3 ekor kerbau yang keheranan melihat teman baru yang sangat asing.
"Ayo kita berangkat." Naik sepeda ke balai Desa.
"Ayo...tancap terus..." kata si Ujang.
Drs. Kardun dengan cepat mengebut sepeda itu ke arah Balai Desa yang semakin dekat.
"Sompret !!!" Gerutunya. "Pakaian, dasi, celana ada di kantong plastik." Ia baru teringat bahwa pakaian resminya yang terbungkus plastik tertinggal di belakang, di dalam tempat barang vespa antiknya, aman dan kering bersama 3 ekor kerbau yang terus menerus melengguh-lengguh keheranan."
"Kenapa pak sepedanya berhenti." kata si Ujang.
"Baju tinggaleun jang di motor vespa ?"
Sepuluh meter sebelum balai desa . Pak Hidayat dan Jalil siap menyambut undangan.
"Tuh bos kita kehujanan...ayo Jalil bawa payung." Kata Hidayat.
"Ah masa...kenapa tidak dibaju...pakai sepeda lagi..." Kata Jalil.
"Pak, tadi saya meminjam mobil Pak Camat Landrover untuk menjemput bapak." kata Hidayat.
"Bapak meni sexy...tamu sedang menunggu bapak memeberikan sambutan." Kata Jalil menggoda.
"Baju saya tertinggal di kandang kerbau...bagaimana yah..."
"Tidak apa-apa bapak memberikan sambutan apa adanya hahahah..." Kata Jalil.
"Jangan heheheh ...aku pinjam baju kamu.... INi keputusan pimpinan...tau sendiri, kalau menolak perintah dalam organisasi. Ayo ah kedinginan.
" Ah...malu pak... seperti tarzan mah. Mana banyak ibu-ibu muda."
............Hujan masih berlangsung....Pak Kardun mencari baju seadanya.








1 komentar

  1. DRS.KARDUN  

    Sebaiknya tulisan ini menjadi sebuah buku agar tidak hilang dalam sejarah

Posting Komentar