BICARA mengenai para cucu Bunda Siti Hawa ini memang selalu mengasyikan. Atau kalau meminjam istilah jaman sekarang yang artinya tidak tahu apa tepatnya : Selalu Assoooy !!!! Inilah wanita, tuan-tuan. Saya kira wanita adalah satu jenis ciptaan ilahi yang paling menarik, paling menangtang, paling peka, paling emosionil, paling irrasionil, paling ingin diperhatikan, paling ruwet, dan belasan paling lagi. Yang tentu saja kita para pria pemilik kumis dan jenggot, juga diberi belasan paling-paling lainnya oleh para kekasih kita. Dibawah ini ada sebuah rekaman singkat dari sebuah pertemuan wanita yang diberikan istilah '' arisan " . Kita laki-laki juga punya pertemuan arisan kadang-kadang. Akan tetapi pertemuan arisan laki-laki seperti gulai kurang garam, kurang pedas dan kurang manis. Terlalu '' to the point ". Yang perlu duitnya lain tidak. Pertemuan arisan wanita lain lagi. Selain untuk tujuan fulusy, ia juga adalah pertemuan sosial dalam ukuran mini, juga rekreasi, juga pesta kecil, juga pertemuan komersil (bagi para pengedar dagang) juga semacam " lobbying " juga pertemuan santapan rohani (karena kadang-kadang didahului ceramah seorang mubalighot), juga tempat tepat untuk " bergosip " dan berkontes etc. Itulah arisan para kekasih tersayang kita yang secara gigih dipertahankan dimana saja, dan kapan saja selama sang suami punya penghasilan yang sebagian dicomot untuk pertemuan arisan itu.
Lain pada biasa, pertemuan arisan itu dimulai dengan ceramah dari seorang tokoh agama (ustadzah), sebuah hubungan dengan peringatan " hari ibu ". Setelah penceramah pulang, baru arisan diadakan dirumah Tante Nerkom

Tante Mukti : " Memang sangat menarik ceramah itu " , katanya sambil menggerakan jarinya yang penuh dengan cincin berlian.
Tante Jonhy : " Eigenlijk als semua manusia menjalankan perintah Van God ike pikir dunia ini akan beres, " Yang bersekolah sampai Mulo kelas dua, karenanya jarang menghilangkan kesempatan untuk bercasciscus membumbui dengan unsur Holan.
Tante Richard : " That"s true " tukasnya yang berbobot hampir satu kwintal, dan kini sedang getol berdiet bila tidak ada makanan enak. Sang beliau pernah ikut Conversatoin Club sampai tingkat Intermediate, Makanya unsur sinyoh London sering ditempelkan. " Memanglah kasih sayang adalah the most important factor in human life, sambungnya sambil menyeka lehernya yang berlipat dan berkalung mahal.
Tante Santo Kuyo : " Lho wong prakteknya masih anu masih buanyak yang tidak melaksanaken yang tuhan perintahken, jadinya anu, masih buanyak yang kita lihat anu, ketidak seimbangan dalam hidup ini, " Dengan logat Mataramnya yang tebal dan selusin " anu " lagi " anu " lagi
Tante Sar'an : " Memang begitulah, " katanya yang tidak mau ketinggalan berbicara dengan logat Cianjurnya yang totok. " Kasih sayang saling mengerti adalah sangat penting kita laksanakan. Tapi sayangnya, biasa wae, dalam prakteknya mah masih banyak yang bertentangan antara ucap dan lampah. Dalam teori saling mengerti dalam praktek saling menggergaji. Itu yang harus kita hindarkan, " sampai melihat kekiri dan kekanan minta persetujuan para tante lain dan sekaligus memamerkan kacamatanya yang asli. " Made in Germany. "

Sementara itu Tante Winata yang dalam pertemuan arisan sore itu merasa paling bahagia karena suaminya baru membeli sebuah Baby Benz baru meskipun sang meneer cuma golongan tiga Be ( lll B ), dari tadi ingin ikut bicara untuk nyeletuk tentang sedan barunya. Akan tetapi teman-temannya justru bicara mengomentari ceramah tadi sehingga sang beliau belum menemukan celah-celah untuk memperkenalkan harta barunya itu. Tambahan lagi ia datang terlambat sehingga teman-temannya tidak melihatnya tiba dengan mobil baru. Untuk nyeletuk tentang sedan yang ditengah tropics yang rada-rada "ilmiah " itu niscahya akan digelari " Kamseu " (kampungan) atau "som-som" (sombong) oleh rekan-rekannya dibelakang panggungnya. Ia sudah yakin betul akan hal itu. Maka terpaksa untuk sementara perkenalan si Beby Benz manis mengkilap untuk ditangguhkan saja.

Tante Johny : " Memang buktinya begitu. " Sementara itu Tante Johny itu membuka bungkusan ilmunya, " Banyak orang yang bicara mengenai kebenaran kesucian tapi faktanya, betul-betul Vreeselijik om te huilen. Kasih sayang satu sama lain, komunikasi dua arah cuma dimulut saja. "
Tante Richard : " Makanya, two-way communication approach mesti kita usahakan menjadi suatu reality diantara kita ini." Menyumbangkan mutiara benaknya.
Tante Mukti : " Betul sekali. " Kata Tante Mukti meskipun istilah-istilah gaya London itu tidak ia
pahami betul.
Tante Sar'an : " Memang begituh. " Dengan lirikan mata yang berkaca baru buatan Jerman tulen, Karya Zeiss Optical nomor wahid.
Tante Santokuyo : " Lho wong diantara kita, masih anu, masih ada sajja yang mementingken diri
pribadi, disamping itu anu ...... Masih memencilken diri sendiri. "
Tante Johny : "Mischien zeluij mempunyai alasan yang persoonlijk, yang apa itu .... yang pribadi.
Dan kita mesti menghargai pendirian orang. " Kata Tante Johny menenggapi ucapan Tante Santokuyo tanpa sengaja.
Tante Richard : " Ya, ya we must respect every body's opinition, siapa tahu ia punya alasan yang tepat mengapa ia memencilkan diri itu, " Tante Richard yang berbobot satu kwintal dan kadang-
kadang berdiet dan telah kursus intermediate itu mendukung Tante Johny yang keluaran Mulo kelas dua.
Tante Santokuyo : " Lho, itu anu ..... itu tidak adil. Kita mesti menghormati pendirian orang lain, kok orang lain, anu ... tidak menghormati pendirian kita. Bukankah seseorang itu mesti anu .... menyesuaiken diri. " Tukas Tante Satokuyo yang agak tersinggung karena secara terduga kedua nyonya itu sedikit mengkritik kepadanya.
Tante Johny : " Mengapa secara a priori U menyebut ia memencilkan diri, misschien ia punya alasan yang tepat." Dengan nada mulai naik dari Sinom ke Pangkur.
Tante Richard : " Ya, ya everybody punya kepentingan sendiri-sendiri dan kita tidak punya hak
untuk ikut campur. We have no right at all.... "
Tante Santokuyo : " Lho, wong ini konsensus kita koq, Kita sudah ambil keputusan bersama dan tiap orang, anu .... Wajib menghargai keputusan bersama itu. Terlepas apakah ia setujju atau tidddak, " kata Tante Santokuyo dengan nada kemenangan karena yakin bahwa ini adalah satu argumentasi yang jitu.
Tante Mukti : " Memang begitu. " Kata Tante Mukti yang kemudian agak terkejut mengapa ia
" bermemang " kepada pendapat Tante Santokuyo, padahal ia tahu bahwa suaminya Tante Johny (Mr. Johny Riwanterus) adalah boss suaminya.
Tante Sar'an : " HHm, hm, " Tante Sar'an hanya menyumbangkan " hm hm " karena tidak tahu apa yang mesti dikatakannya, dan untuk melewatkan waktu ia menyeka kacamata barunya.
Tante Johny : " Okay, okay, tapi U mesti lebih redelijk, mesti niet te emotioneel. U mesti secara obyektief bilang siapa sebenarnya yang U maksud itu. " Tante Johny berkata dengan nada mulai gemetar. Ia sendiri sebenarnya yang mulai beremosi, dari Pangkur menjadi Durma.
Tante Richard : " Betul You mesti berani sebut siapa yang dimaksud itu, " Sambung Tante Richard sambil beralih duduk karena berat badannya sangat menyita nafasnya.
Tante Santokuyo : " Lho, baiklah. Yang saya maksudken itu anu ...... Ibu Rita itu. Apa alasannya wong ini yang tidak masuk akal. Apakah mentang-mentang merasa terlalu mudda sehingga tidak mau, anu bercampur dengan yang tua-tua macam kita ini, "
Tante Johny : " Mischien ia sakit atau apa kan U belum yakin betul, toh ? " Dengan nada mulai mereda. " Tapi memang .... Kalau Rita yang U maksud, dalam hal ini ada benarnya juga. Zij itu memang kadang-kadang terlalu begitulah maklum merasa lebih muda, lebih punya rupa sehingga mengisolir diri. " Kata Tante Johny yang berpindah nada sama sekali, dari Durma ke Dangdut dan mengganti acara " saling mengerti. " Saling menghormati " saling mengasihi " dari ceramah tadi dengan acara yang lebih menarik.
Tante Richard : " Memang begitulah kalau seseorang merasa more attractive, merasa younger kadang-kadang merasa som-som, " Tante Richard yang selalu mendukung Tante Johny berkata lagi.
Tante Sar'an : " Padahal apa jeleknya, yah kalau dia berkumpul-kumpul sama kita. " Tante Sar'an nyeletuk.
Tante Mukti : " Ia yah," Sambil menggerakkan jari-jarinya yang bercincin berlian. Cuma itu saja ia berkata.
Tante Nerkom : " Hayo ah, sambil dimakan itu kuehnya. " Kata sang nyonya rumah Tante Nerkom yang lebih banyak berdiam diri. " Sayang tadi saya tidak suruh supir saya menjemput Rita. " Sambungnya.
Tante Winata : " Tahu begitu mah. " Sela Tante Winata, berseri-seri karena menemukan jalan untuk sedan barunya, " Saya akan suruh jemput dengan mijn nieuwe Baby Benz. "
Tante Mukti : " Baby Benz baru ? " tanya Tante Mukti, dimana ? "
Tante lain : " Sedan baru ? tungkas Tante Lain, sambil melihat keluar.
Tante Nerkom : " Wah, selamat nih baju baru, tahun baru, sebentar lagi gajih baru, dan ini, gaji baru belum terima sudah mobil baru, selamat, " kata Tante Nerkom sambil menyalami Tante Winata, di ikuti Tante-tante lainnya.

Satu bulan kemudian arisan itu kali ini dilangsungkan di rumah Tante Santodikuyo yang cukup mentereng. Kursi-kursi sudah diatur memenuhi selera comfort dan artistik. Nyonya rumah sibuk memberi komando kepada si Embok untuk segera membenahi perut tetamu dengan penganan nan lezat. Sebagian karya si Embok sebagian khusus dari toko kue.

Tante Richard : " Wadduuuh, semakin comfortable saja. " , yang pernah ikut kursus bahasa Inggris tingkat intermediate sambil melihat kekiri-kekeanan. " Betul-betul fascinating. "
Tante Sar'an : " Betul-betul asoooyyy ! kata barudak sekarang mah. " Yang kelahiran Cianjur tulen sambil ikut lihat kiri-kanan.
Tante Johny Riwanterus : " Mischen cuma disaingi dengan istana Firaon. " Yang pernah sekolah
MULO zaman penjajahan Holan, dan masih mampu " Holland spraken " barang beberapa patah
kata.
Tante Santodikuyo : " Lho, kok kalian, nganu nyanjung yang mbukan-mbukan. " Pura-pura dongkol namun dari sinar matanya ternyata sanjungan itu menggembirakan juga.
Tante Johny : " Mengapa ya, Mervow Nerkom belum datang juga. "
Tante Richard : " She is always late, selalu terlambat. " Tungkas Tante Richard yang berbobot netto 1 kwintal dan pernah kursus bahasa Inggris serta kini sedang pikir-pikir untuk mengurangi berat badan (apabila tidak ada makanan lezat).
Tante Sar'an : " Ya, biasa sajaa kalau ibu ketua mah sering elat, maklum banyak urusan tea, " Yang kelahiran Cianjur sambil rada kecewa karena kalung barunya belum sempat ada yang melihat.
Tante Johny : " Zij is een beetje tidak..... apa namanya. (Ia lupa bahasa Holanya) begitulah agak kurang bertanggung jawab. Padahal sebagai ketua Zij sepantasnya kasih contoh yang baik. "
Tante Richard : " That is what she should, should..... " Sela tante Richard yang 100 kg, sambil tidak mampu meneruskan " shouldnya.
Tante Santokuyo : " Wong, nganu, Zus Nerkom sih, nganu bbuanyak tuggas. Barangkali ia mbingung kemana dulu mesti perggi. " sang Nyonya rumah.
Tante Sar'an : " Barangkali sajaa ia akan datang dengan Ibu Winata, maklum tea, ia mah baru dibelikan mobil sama suaminyah. " Sambil memegang kalungnya.
Tante Richard : "Heeeeeiiii, kalung baru. " Selamat! "
Tante Tini : " Selamat !! "
Tante Yani : " Wilujeng !!
Tante Santokuyo : " Oooh mbagus sekali. Pasti mmuahal harganya !!! "
Tante Johny : " Congratulation, ah !! "

Dan semuanya lupa sebentar terhadap siapa saja yang belum datang dan merubung-rubung Tante Sar'an yang kelahiran Cianjur yang untuk sesaat menjadi " primadona " dan hampir terbang ke awang-awang.

Tante Johny Riwantus : " Waduh, sudah terlambat 20 menit dan zij is nog niet gekoman juga."
Tante Santodikuyo : " Lha, sussah kalo ketua, nganu kurang ndisiplin. "
Tante Johny Riwanterus : " Itulah konsekwensinya, bila orang terlalu ambitious. Terlalu ingin kepake. Sana-sini mau kasih kesanggupan. Ditunjuk jadi anu mau, sambil zonder berekening, zonder perhitungan akan kemampuan. "
Tante Santodikuyo : " Wong sama sajja dengan Mervow Winata, kayak gula dengan nganu, nganu.... " Ia tidak sempat melanjutkan nganu-nganunya karena sebuah Baby Benz berhenti.

Dan kepala beranggul-anggul, berpermanent wave, melongok-longok ke luar. Melihat Tante Nerkom dan Tante Winata.

Tante Nerkom dan Tante Winata masuk, semua ibu-ibu peserta arisan menyambut kedua tamu tersebut dan menyalaminya dengan adu pipi.

Tante Nerkom : " Waaahhh, maaf saya terlambat. " Sambil melihat arlojinya. " Terlambat 25 menit nih. Maaf ya. Tadinya saya mau berangkat tepat sebelum waktunya. Akan tetapi baru sampai dipintu ada tamu jauh. Itu Ibunya Nerkom. Masa ada mitoha dari jauh ditinggal begitu saja tanpa diajak ngobrol dulu barang beberapa menit. Untung Mevrow Winata datang dengan Baby Benz barunya. Jadi tidak begitu terlambat saya kira. "
Tante Johny Riwanterus : " Tidak apa, kita juga baru datang. "
Tante Richard : " Wah, kita baru saja relax. "
Tante Sar'an : " Belum laaaamaaaa, baru saja dududk-duduk dan ngopi-ngopi. " Dengan logat Cianjurnya yang medok semedok tauco Babah Tasma, sambil berusaha agar kedua pendatang baru ini juga melihat kalungnya.
Tante Santodikuyo : " Ngopi-ngopi appaa. Wong tidak ada apa-apa. " Silahken minum Zus. " Katanya.
Tante Nerkom : " Waah, baru datang langsung jamuan nih. "
Tante Winata : " Iyaa, yah. " Sambil menengok keluar. " Tidak menghalangi jalan mobil saya ? " mobil perlu juga dipamerkan lagi.
Tante Santodikuyo : " Uwwaaa, tiddaaak. Wong disini tidak buanyak mobbil lho. "
Tante Johny : " Silakan, silakan. " "Santai saja. Wij punya waktu cukup . " Ujarnya. Baru 3 menit yang lalu ia terus-menerus melihat arloji dan mengecam Tante Nerkom plus Tante Winata.
Tante Sar'an : " Untung saja, Ibu Nerkom mah, masih bisa ngatur waktu. Begitu banyak jabatan tapi masih keneh ngatur rumah tangga sagala. Kagum saya mah. "
Tante Johny Riwanterus : " Itulah namanya seorang ibu rumah tangga yang ideaal. " terus nyeletik.
Tante Richard : " A very ideal housewife. "
Tante Nerkom : " Ahhh, kalian ada-ada saja. Kita mulai saja pertemuan arisan ini. Ibu Johny tolong buatkan nomor-nomornya. Nanti dulu mana seorang lagi ? "Setelah diketahuinya bahwa masih ada seorang yang belum datang.

Tante Johny : " Biasa saja Rita. Zij is vreselijk om te huilen. Susah dia itu. Selaluuu saja terlambat tanpa memberi tahu. "
Tante Richard : " She is agak somseu. Mentang-mentang masih muda yang selalu mendukung Tante Johny.
Tante Sar'an : " Memang dia mah begituh. Padahal apa salahnya, kasih tahu dulu atuh. Apan ia juga punya tilpon. Nelepon dulu atuh, "
Tante Winata : " Iyaa, padahal nilpon dulu lewat HP pada saya juga dapat. Kan beritanya bisa disampaikan. " Secara mendadak. Karena ada jalan untuk menggambarkan bahwa suaminya sudah memberikan tilpon HP baru buatnya.
Tante Nerkom : " Eh, sudah pasang tilpon HP model baru ? "
Tante Sar'an : " Adduh adduh. Baru beli mobil baru, HP baru lagi. "
Tante Santodikuyo : " Lhoo, orang kuuayyaaa, dik Winata saiki yo ? "
Tante Johny : " Filicteren, ah. "
Tante Richard : " Congratulation "
" Selamat ! "

Semuanya merubung Tante Winata yang senyum-senyum bahagia. Untuk sementara kecaman terhadap Rita ditunda beberapa menit.

Ketukan pada pintu dan Rita masuk.Ia adalah yang termuda, terlincah, tergenit dan" ternyolok."
Pakaiannya serba " menyala " . Semua mata kini menuju Neng Rita, istri muda seorang hartawan kaya di ibu kota anggota terbaru perkumpulan arisan itu.

Tante Johny : " Waddduuuh Rita jij begitu cantiiiiikkk !!! "
Tante Richard : " So lovely ! "
Tante Sar'an : " Many lucuuuuu !!! " Nyeletuk.
Tante Santodikuyo : " Wadduuuuuh, kok ayu baget !! "
Tante Winata : " Heeh !! "

Maaf ibu-ibu, ini bukan dongeng ibu-ibu di lembur (di kampung), tapi di kota.

0 komentar

Posting Komentar