Kesibukan semakin gencar di Ancab PGRI Legok Winaya atau ketika Hari Guru atau '' Jaarig '' PGRI ke 50 semakin dekat. Kegiatan olah raga seperti sepak bola, Volley ball, badminton, sudah mencapai babak-babak final, demikian pula lomba kesenian, rampak sekar, paduan suara, karokean pop dan dangdut tinggal menentukan jagonya saja. Tempat resepsi telah ditetapkan Aula " Wisma Guru " Legok Winaya yang cukup representatif untuk ukuran kecamatan.

Dekorasi diatur sedemikian rupa, sesederhana akan tetapi mantap menurut selera yang rada-rada menurut mutakhir. Resepsi akan di lanjutkan dengan atraksi kesenian diatas pentas terbuka di halaman Wisma Guru yang terhitung luas. Uak Jumli, paraji sunat yang paling kesohor merangkap ahli " penolak hujan " sudah meramalkan bahwa hujan tidak akan turun selagi pertunjukan berlangsung. Mantra penolak hujan ditambah lidi bertuah yang ditaruh bawang merah dan gula merah sudah dipasang di empat penjuru. Ditanggung 100 persen hari bakal cerah.
Pak Kardun : " Bagaimana Ramalan Cuacanya uak, Hujan tidak pada saat pertunjukan nanti ?
Pak Jumli : " Tenang Den, uak sudah berpengalaman malang melintang dalam ilmu " Penolak Hujan " sudah uak ramalkan bahwa hujan tidak akan turun selagi pertunjukan berlangsung. "
Pak Kardun : " Pakai apa itu uak, sepeti pakai gula merah, apa itu resep penolak hujan yang baru ? " sambil menunjuk gula merah dan bawang merah ditusuk lidi.
Uak Jumli : " Huss... Jangan sembarangan ngomong, itu sudah diberi mantera-mantera penolak hujan ditambah lidi bertuah yang ditusuk sate bawang merah dan gula merah dan harus disimpan di empat penjuru. "
Pak Kardun : " Yaki nih uak bakal ampuh. " Ia meminta jaminan dari uak Jumli.
Uak Jumli : " Ditanggung 100%, hari itu bakal cerah. " Sambil mengulurkan jempolnya, " Yakinlah, Den. "

Dengan pakaian olah raga Pak Kardun mengadakan rapat kilat di wisma guru yang sedang didekorasi.
Pak Kardun : " Pak Hidayat, Bagaimana apakah para tokoh masyarakat yang akan memberikan sambutan sudah dihubungi. "
Pak Hidayat : " Sudah Pak, Pak Camat siap memberikan sambutan, Uak Haji Makbul memimpin do'a, tokoh masyarakat dan guru- guru senior siap memberikan sambutan masing-masing 10 menit. " Sambil memberikan susunan acara pada pak Kardun.
Pak Kardun : " Ini yang menyampaikan sejarah PGRI Bapak KRD, siapa ini ? "
Pak Hidayat : " Itu bapak Kardun. " Sambil menunjuk Pak Kardun dengan jempolnya.
Pak Kardun : " Saya. " Sambil mengusap dada. " Yah tidak apa-apa. "

Pak Kardun melihat Pak Jalil terkatuk-katuk di kursi, terlelap sejenak.
Pak Kardun : " Ait, Jalil, jangan merem dulu, Bagaimana Laporan acara pentas dan pembagian hadiah. "
Jalil : " Siap Boss. " Berdiri dan memberi hormat dulu seperti tentara. " Saya akan melaporkan acra pemberian hadiah cabang olah raga Voley, Badminton, Sepak Bola, telah siap dibagikan, berupa piagam, tropi dan uang pembinaan sebesar 100.000 perak untuk pemenang Karokean Pop dan dangdut bersamaan acara puncak/pentas seni. "
Pak Kardun : " Jangan lupa kamu memasukan acara puncaknya drama pewayangan " Jabang Tutuka " pada acara penurupan. disitu aku akan main sebagai Gatotkaca putra Bima. " Sambil menepuk dada
Jalil : " Baik Bapak Gatotkaca putra Bima akan saya laksanakan. " Sambil menyembah tanganya diatas kepala.

Drs. Kardun dalam olah raga voley dikenal sebagai set upper yang cukup lihay, dikejuaraan antar ranting PGRI Legok Winaya.

Pak Jalil : " Kita kalah nih dalam babak penyisihan saja kita sudah gugur. "
Pak kardun : " Tenang-tenang di cabang olah raga yang lain kita masih ada harapan menang. "Sambil menyeka keringatnya.
Drs. Kardun cukup bagus bermain di depan dan dibelakang net dengan smash yang sambil menggebrik (menghentakan) lantai.

Panitia: " Baiklah untuk pasangan Drs. Karta Dundawigena atau Bapak Kardun dan Bapak Ehon, BA, masuk ke babak semifinal yang akan dilaksanakan besok sore.
Pak Kardun : " Hon, Kita mesti lebih kompak lagi, nih. Kita nanti menghadapi lawan yang lebih berat. " Sambil menegak minum air mineral dengan keringat yang bercucuran.
Ehon : " Bereslah, kalo kita terseok-seok juga minimal kita juara ketiga, pasti kita raih. "

Ibu Kardun : " Kang akang ini jarang ada dirumah, terlalu sibuk kang, cape atuh terlalu di forsir tenaganya, nanti sakit atuh kang. "
Pak Kardun : " Mah, kan kau tahu sendiri sebentar lagi hari guru di Legok Winaya dan lagi aku sebagai tokoh PGRI harus memberikan contoh kepada guru-guru muda... "
Ibu Kardun: " Tapi kamu terlalu banyak peran, sebagai pemain voley, bulu tangkis, catur dan sebagai Arjuna lagi dalam drama pewayangan, apa akang tidak pusing. "
Pak Kardun : " Ah kau, Tin... Entin. " Sambil memandang dengan penuh sayang pada sang isteri. Kau tahu sendiri aku ini orang yang sangat gemar kesibukan. Dengan kesibukan, hidup ini akan lebih berarti. "
Ibu Kardun : "Iya Kang, aku juga mengerti, tapi dalam 3 hari ini saja akang sudah menghabiskan 12 kaos yang bau keringat dan yah ampun baunya.... "
Pak Kardun : " Hahahaha... Akulah si Gatot Kaca hahahaha yang akan membantu mencucikan baju bau hahahaha... " Ngebodor dihadapan isterinya.

Syahdan peringatan hari guru sudah mendekati puncak kegiatan. Resepsi berjalan lancar. Para tamu memenuhi undangan dengan cukup perhatian, bukan sekedar basa-basi. Pidato-pidato cukup memenuhi fungsinya sebagai sambutan, bukan ceramah yang salah alamat.

Jalil (Sebagai Anaucer) : Acara sebagai berikut :
- Sambutan-sambutan : - Ketua panitia Pak Hidayat, Pak Camat, Pak Setia (guru sepuh), Pak Kardun (sejarah PGRI).
- Karokean lagu Evi Tamala " Menangis-menangis. Lagu " Uforia " Roma Irama, " Buaya-buaya jahanam......Buanya-buaya cinta.
- Karoke Pop : Lagu Crise " Lilin-lilin kecil " , " Cinta. "
- Pembagian hadiah : Sepak Bola, Bulu Tangkis, Badminton, Catur, Tenis Meja dst...
- Pertunjukan Drama " Jabang Tutuka Melinium. ''
Jalil : '' Hedirin sekalian marilah kita saksikan pementasan drama '' Jabang Tutuka. '' Karya Empu Kanwa, tontonan Abad Melinium ke-3 di Legokwinaya. ''
Penonton : '' Bertepuk tangan.... ''
Jalil : '' Baiklah akan kami perkenalkan para pemain dan sutradara drama '' Jabang Tutuka Melinium ''
- Sebagai sutradara : Bapak Rohadi (mantan penilik kebudayaan) yang cukup makan asam dan garam dalam dunia pentas, beliau pernah aktif sebagai pemain tonil di jaman Miss Rukiah '' Tempo Doeloe. ''

- Drs. Kardun sebagai gatot Kaca
- Pak Eddy, BA sebagai Niwatakawaca.
- Pak Tatang sebagai Brajamusti
- Pak Drs. Apin sebagai Brajadenta
- Pak Fredi sebagai Cepot
- Pak Wawan sebagai Udel
- Pak Dedi sebagai Aswatama- Pak Mardi, BA sebagai Kalasarengi

Pak Hidayat mendekati uak Jumli di belakang panggung menanyakan ramalan cuaca.

Uak Jumli : '' Waduh langit mulai batuk-batuk. '' Besw berwww '' sambil membaca mantra-mantra tambahan.
Hidayat : '' Kayaknya mantra-mantra dan sapu lidi tolak hujan karya uak Jumli belum mendapat izin dari Yang Maha Kuasa. ''
Jalil : '' Tenang saja, hujan belum turun, tapi menurutku mantra uak Jumli masih ulet bertahan sampai pertunjukan selesai. ''

Adegan penting tiba, Raden Gatot Kaca muncul.

Gatot Kaca : '' Hahahaha........ ''
Penonton : '' Bertepuk tangan '' Hidup Gatot Kaca '' Hidup Drs. Gatot Kaca...prok..prok...prok... prok...prok...
Gatot Kaca : '' Akulah Gatot Kaca anak Bima, aku bukanlah bayi '' Jabang Tutuka '' yang lemah dan jadi korban raksasa Niwatakawaca, hahaha... ''
Brajamusti : '' Saha..., Gatot Kaca dulu teh kamu masih leutik... ayeuna enggeus gede. '' Menirukan suara saudaranya.
Gatot Kaca : '' Akulah satria sakti berotot kawat, bertulang besi, akulah Gatot Kaca Superman abad melinium ke-3 yang akan melawan semua balad raksasa sampai Knoked Out. ''
Brajamusti : '' Akulah Brajamusti si Mike Tyson, berleher bethon, badan raksasa berhati lembut Hahah. ''
Brajadenta : '' Akulah Brajadenta ... sang raksasa, akulah Holy Field. I'm the Real Game haha ha ha '' Sambil menepuk dada '' hahahah.... ''

Para Butho Therong semuanya berkumpul melingkar seperti pemain basket tangannya bertumpuk ditengah.
Para Butho Therong : '' We're the Butho Therong, We are the dream team. ''
Penonton : '' Bertepuk tangan riuh, melihat kebolehan Drs. Kardun sebagai Gatot Kaca, menyerang tentara Bhuto yang menyerang swargaloka. ''

Gatot Kaca menyerang pasukan Bhuto terong dengan Hook kanan dan kiri yang diasuh oleh Brajamusti dan Brajadenta yang tidak kalah dengan Mike Tyson dan Holy Field mengepung secara bersamaan, menyebabkan kumis palsu Kardun dengan potongan lele jumbo jatuh terpental ke luar pentas.

Penonton : '' Secara riuh terhahahahaaa..... ''

Lelakon yang tengah-tengah ramai tiba-tiba dihentikan, karena terganggu oleh mereka yang mencarikan sang kumis yang bengal itu.

Pak Rohadi : '' Cut-cut-cut. '' Maaf pertunjukan harus dihentikan dahulu...... karena bapak Gatotkaca harus memakai kumis.... maaf tolong dicarikan kumis bengal itu khususnya kepada para panitia.... tolong''

Kumis begal model lele dumbo terbang dan mendarat di atas onggokan tai ayam. Hasip Heru menemukan kumis begal lele dumbo.

Heru : '' Terima kasih. '' Kemudian memasang kumis pada Gatot Kaca aeh Kardun.
Rohadi : '' Silahkan bapak-bapak butho therong kembali ke posisi semula, bapak Drs. Gatot Kaca aeh Kardun.
Jalil : '' Hadirin sekalian kita akan melanjutkan pertunjukan ini yang telah di hentikan sementara karena ada kesalahan Teknis....Okay... Kita lanjutkan acara selanjutnya musik.....''

Raden Gatot Kaca dapat melanjutkan perjuangannya melawan para Bhuto dan plus Gembong niwatakawaca, satu persatu para Bhuto ditaklukan, Bhuto Therong yang luka-luka dirawat oleh P3K Bhuto dan dokter-dokter Bhuto. Duet Gatot Kaca dan Niwatakawaca adalah adegan puncak.

Gatot Kaca : '' Aehhhh... Niwatakawaca, Biangkerok Krisis Moneter di Swarga Loka...Sini kamu,
Aku Gatot Kaca Bin Bima... Tak Kemplang koe. '' Sambil menunjuk menepuk dada, dan hidungnya tercengar-cengir karena kumisnya bau tai ayam (Tai Kotok).
Niwatakawaca : '' Ait..Drs. Gatot Kaca aeh..Gatot Kaca... Berani-beraninya kamu budak leutik melawan aku rajane..raja Butha therong ... hhehhh. '' Sambil menyerengai penuh amarah.

Niwatakawaca menyerang dengan Jab Kanan dan Jab Kiri, Hook Kanan dan Kiri, Gatot Kaca tidak banyak melakukan perlawanan. Sering-sering mengusap hidungnya. (Close Up).
Hidayat : '' Aneh Drs. Gatot Kaca kurang '' Fighting Spiritnya'' berkali-ka;i malah mengusap hidung saja. Hahah..''
Jalil : '' Kayaknya takut kumis Lele dumbonya yang bengal itu melompat lagi ? hahahaha.''
Hidayat : '' Aneh diserang Hook Kiri, Hook Kanan, Job Kiri Job Kanan .... kalah nyengir, lain melawan hahaha... ''
Kedua sahabat Drs. Kardun terhahaha dengan ramai........

Gatot Kaca dan Niwatakawaca berangkulan seperti pertandingan tinju, Drs. Kardun membisikan ke telinga Niwatakawaca :
Kardun : ''Aku mau minta '' time out '' mau ganti kumis, kumis ini bau tahi ayam. '' Demi ketenangan bermain dan konsentrasi pikiran.

Niwatakawaca itu megerti permasalahannya segera mengambil anak panah, dan memanah Drs. Gatot Kaca. Gatot Kaca menangkap panah Niwatakawaca kemudian berguling mendekati sutradara Rohadi ke luar pentas.
Kardun : '' Pak Rohadi ini aku minta '' Spare Parts '' Kumis yang baru, kumisnya bau tahi ayam...
bikin aku tidak konsentrasi dan kepala jadi pening. ''
Rohadi : '' Yah..yah.., beres, ini kumis tidak lepas seperti si Kumis lele dumbo begal ini, dengan kumis tempel ....tapi kalau di cabut bibir atas jadi sakit..dan harus dimasukan ke hidung. '' Nih... sambil memasang '' Cepat satria Ojo Piya Piye...sambil memberi salam tanda jempol.

Drs. Kardun melompat setelah diganti '' Spare parts '' nya dengan kumis baru. Kardun kembali melompat ke pentas untuk memulai lelakonnya di babak terakhir. Pada saat itulah pertahanan uak Jumli dengan lidi bertuah ambruk, datanglah hujan mengguyur deras, memaksa sutradara menghentikan pertunjukan, mengingat baik para penonton maupun para artis akan di buat basah kuyup.

Rohadi : '' Cut - cut - cut... hentikan dulu pertunjukan. ''
Gatot Kaca : '' Waduh pertahanan uak Jumli dengan lidi bertuahnya ambruk, hujan...hujan kluk kuluk kuluk..... '' sambil berlari mencari tempat teduh.
Uak Jumli : '' Sambil memegang lidi bertuah dengan bawang merah di sate dengan membaca mantra....mantra... eren hujan hujan sing gede- he hujan sing gedehe '' sambil hujan-hujanan dan mengacungkan lidi bertuah ke langit

Maka demikianlah hujan menderas turun demikian berbiritan (berlarian). maka bercampurlah para nayaga, para tamu, juga para dewa, para raksasa, dan satria-satria Amarta. Berbaurlah Cepot, Udel, Aswatama, Kalasarengi, Niwatakawaca dll. Semuanya masih berkostum lengkap, bahkan bermahkota dan penonton lari terbirit-birit mencari tempat perlindungan untuk terhindar dari guyuran sang hujan di Aula Wisma Guru.

Pak Jalil menghadap Bapak Drs. Gatot Kaca memberitahukan ada tamu dari PD PGRI Jabar.

Jalil : '' Pak, Kardun ada utusan dari PD V igin bicara. '' Kata Rekannya.
Kardun : '' Wah, berabe ni. '' Saya harus berganti-berganti dulu. ''
'' Duh ini kumis susah dicabut lagi. Aduh.... '' Yang lebih celaka lagi kumis Kardun yang sekarang adalah jenis kumis yang tidak bisa dilepas tanpa menyakiti bibir atas. Kumis yang diselipkan ke lubang hidung, jenis kumis yang digunakan adalah jenis kumis tempel.
Jalil : '' Tidak perlu, ia sedang terburu-buru, dan hanya punya waktu 5 menit. Tak apalah Gatotkaca menghadap Pede. ''

Maka nampaklah beberapa menit kemudian. Drs. Kardun kita, masih dalam kostum Gatotkaca menerima utusan PD V. Demikian terburu-burunya sang utusan Pede sehingga doktorandus kita lupa untuk menanggalkan mahkota, sayap sayap dan kumis khas Raden Gatot, yang sebenarnya dapat dilakukannya.

0 komentar

Posting Komentar