PENGANTAR

Ada sebuah kebiasaan dalam PGRI bahwa sekali anda menunjukkan kebolehan dalam bertutur
dimuka sidang, maka anda akan tercatat dibatin insan-insan PGRI untuk diberikan kesempatan bertutur dalam pertemuan-pertemuan lainnya.. DRS. KARDUN, alhamdulillah, termasuk kategori ini. Ia relatif adalah bicarawan yang kesohor di Legokwinaya.

Dan begitulah karier seorang bicarawan ''KESOHOR'' Tugas-tugas mewakili cabang untuk berceramah atau memberikan sambutan, atau permintaan masyarakat setempat untuk memberikan khutbah-khutbah dalam peringatan sebagian terbesar diserahkan kepada Drs. Kardun. Ini tidak berarti bahwa sang ketua cabang maupun sekumnya tidak mampu bertutur apalagi kalau ada sangkaan bahwa tiba-tiba keduanya menjadi gagap atau bisu.

SYAHDAN menurut sahibul cerita sang bicarawan kita tengah bertutur disebuah pertemuan. Dan seperti biasa hadirin terpaku oleh kebolehan sang doktorandus Sejarah diatas mimbar. Namun tiba-tiba muncullah seorang laki-laki tinggi besar,berpakaian tidak terlalu bersih, dan mulutnya komat-kamit kedalam ruang sidang.

Pak Kardun sedang membuat sebuah naskah dengan sebuah komputer, tangannya dengan lincah menggerakan tuts dengan lancar. Pak Dudi (Kepala Sekolah SD Legok Meong lll) mengetuk pintu dan langsung masuk ke kantor Pak Kardun.
Pak Dudi : '' Assalamu'alaikum '' Sambil menyalami beberapa anak buah Pak Kardun, '' pak Kardun ada ? Bertanya pada Pak Hidayat.
Pak Hidayat : '' Ada di kantor sedang membuat makalah. Silahkan Pak Dudi langsung saja masuk, Pak Kardun tidak begitu sibuk.''

Dudi masuk kedalam kantor Pak Kardun yang sedang mengetik sebuah naskah.

Pak Dudi : '' Assalamu'alaikum...bapak Drs Kardun ??? Sambil tersenyum dan mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan.
Pak Kardun : '' Wa'alaikumsalam '' sambil menangkap jabatan tangan temannya. '' Bapak Dudi kemana saja '' Where have you been ? '' sudah 2 tahun kita tidak bertemu, bapak Kepala sekolah Legok Meong III hahaha... '' sambil menepuk punggungnya '' Silahkan duduk. ''
'' Ada apa nih saudara kita jauh-jauh dari Legok Meong ?
Pak Dudi : '' Begini Pak Kardun dalam rangka Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional). Kita di Legok meong mengundang bapak Drs. Kardun untuk mengisi ceramah ilmiah dengan tema Masa Depan Pendidikan Indonesia Memasuki Melinium ke-3. ''
Pak Kardun : '' Siapa saja yang di undang dalam acara itu dan kapan acaranya ?
Pak Dudi : '' Pak Camat, Lurah, Tokoh-tokoh pendidikan, Orang tua siswa, para guru, dan pelaksanaanya pada hari sabtu 2 Mei ?
Pak Kardun : '' Kebetulan saya sedang membuat makalah tentang '' Learning Forum ''Pendidikan masa depan di Indonesia. Meskipun APBN kita hanya menganggarkan 6 % untuk biaya pendidikan untuk lebih dari 200 juta penduduk. Karena hutang kita banyak . Kita tidak boleh menghentikan sekolahnya karena tak mampu untuk membayar SPP. Pendidikan adalah masalah bersama.''
Pak Dudi : '' Betul dari pada buat rekapitalisasi per bankan yang katanya Triliyunan rupiah banyak bocoran disana-sini, bagi-bagi duit. Tapi itu mah dulu, itu juga kata koran, sekarang ada atau tidak ada, yah kita tunggu saja beritanya di koran. Kita mah orang kampung''
Pak Kardun : '' Saya akan membahas masalah yang berat di dunia Pendidikan Pasca AFTA, Saya akan bahas mengenai '' Global Paradox '' tulisan John Naitsbit '' Global Learning '' Quantum Learning '' dan '' Learning Form'' Tholabul ilmi minal Lahdi ilal Mahdi '' Live long of Education. ''
Pak Dudi : '' Makanya saya mengundang bapak Kardun untuk mengisi acara seminar ini, karena bapak ini di kenal meski berbicara tentang materi yang berat-berat dengan bahasa yang sederhana, mudah dicerna oleh guru-guru di kampung (IntelektualVilage).''
Pak Kardun melihat anak-anak murid SD sedang melakukan senam Pagi Indonesia, sebagian bermain bola berebut bola dengan ceria, main karet, sepintrong, mereka begitu ceria....terharu.
Guru dan murid SD di Kampung. Pak Dudi Kepala Sekolah SD Legok Maung lll melihat Pak Kardun mematung dan menegurnya.
Pak Dudi : '' Masya Allah Pak Kardun ..... Sudah datang, silahkan masuk Pak. Tamu wajib dihormati, silahkan masuk, Pak. ''
Pak Kardun : '' Saya mampir dahulu kesini sambil ingin melihat perkembangan pendidikan di SD
Legok Maung dari dekat.''
Pak Dudi : '' Sambil melakukan observasi, tapi maaf sebentar akan saya ambilkan dulu air minumnya.''
Pak Kardun : '' Jangan repot-repot, aku kan hanya mampir, tidak lama.''

Mereka duduk dikursi berhadap-hadapan berbicara santai, Jam menunjukan pukul 07.30 WIB.
Pak Dudi : ''Masih ada waktu 1,5 jam lagi, sebelum acara seminar nanti, silahkan diminum...Pak Kardun.''
Pak Kardun : '' Terima kasih. '' Sambil mengangkat gelas dan meminum beberapa teguk. '' Enak
juga tehnya.. ''

Pak Kardun berdiri dan berjalan menuju jendela melihat lagi anak-anak yang sedang berolah raga, bermain dan bercanda riang gembira.
Pak Kardun : '' Dud, masih ingat kepala sekolah kita Pak Setia Negara. ''
Pak Dudi : '' Yah..'' beliau sekarang sudah pensiun sekarang jadi petani di desa.''
Pak Kardun : '' Dahulu ketika aku punya perasaan ''Shy'' malu karena tidak punya seragam ke
sekolah, aku kesekolah memakai sendal jepit, teman-teman di kelas si Sartono menghina aku, tapi kamu yang membela aku... dan kau menang dalam pertarungan.''
Pak Kardun : '' Saking malunya aku dihina, aku tidak sekolah tiga hari, aku membantu kakek-ku
menggembala kambing, menyabit rumput. Tapi Pak Setianegara datang kerumah menyarankan agar aku tetap sekolah. Dia memberikan spirit kepadaku untuk maju.Aku masih ingat akan kata katanya : '' Kardun kamu ini anak yang cerdas, kamu ini seperti si Otak setan, banyak ingin tahu, mengulik, kamu sudah habiskan semua buku-buku bacaan di perpustakaan, hanya dengan banyak membaca kamu akan berubah hidup ini.''
Pak Dudi : '' Betul, kita harus berterima kasih, rasanya kita harus menyambungkan silaturahmi, kapan-kapan kita mengunjungi beliau.''
Pak Kardun : ''Yah, kita harus meluangkan waktu untuk menjumpainya, kamu Dud carikan alamatnya dan beri kabar aku nanti.''
Pak Kardun di kagetkan oleh bunyi lonceng sekolah ...teng...teng...teng.. Pak Dudi santai saja.

Pak Kardun : '' Lho ini baru jam 08.00 WIB, sekarangkan belum waktunya istirahat, istirahatkan nanti jam 10.00 WIB, apa kamu bikin aturan sendiri??? sambil melihat jam tangannya dengan keheranan.
Pak Dudi : '' Ah itu ulah Mang Jarwoki, sudah biasa ???
Pak Kardun : '' Mang Jarwoki, Siapa ?Pak Dudi : '' Mantan Pe-Es (Penjaga Sekolah) di sini di SD Legok Meong. ''

Mang Jarwoki memukul-mukul lonceng bel sekolah sambil berteriak-teriak dan terkekeh-kekeh
tertawa sendiri.

Mang Jarwoki : '' Istirahat-istirahat...kelas mau Mamang sapu, mau di pel... istirahat...istirahat...
hehehehe...''

Kemudian si Mamang masuk kelas V , membawa sapu, dan lap, meskipun Ibu guru sedang mengajar matematika dikelas.

Mang Jarwoki : Selamat pagi bu Tuty.....hehehe'' Sambil terkekeh-kekeh '' Saya mau membersihkan kelas...heheh." Sambil menyapu kelas.
Anak-anak pada tertawa : " Hahahah..hahahh." Mang masih bersih...jangan disapu." Secara serentak menyuruh Mang Jarkowi dengan halus.
Mang Jarkowi tidak menghiraukan anak-anak tetap menyapu kelas, kolong bangku, kolong meja dan lantai.
Anak-anak pada tertawa te-hahahah...hahah. Serentak mengatakan "masih bersih - masih bersih - masih bersih." Dengan maksud menghalau si Mamang.
Tapi Mang Jarkowi cuek bebek teguran anak-anak. Tetap menyapu lantai kelas. Bu Teti mendekati si Mamang Jarkowi.
"Mang, kelas ieu masih bersih, tuh di luar bersihkeun runtah, asupkeun kana wadah runtah atau mamang bersihkeun weh kaca..."
Anak-anak : "Bersih keneh, bersih keneh..." Secara serentak, mendukung ibu guru.
"Oh iyah...bersihkeun weh kacana hahahah...bersih keneh...bersih keneh." Menjadi dirigent anak-anak.
" Hure...hure..." tanda kemenangan sambil melakukan tos sesama temannya.
Di ruang Kepala sekolah terjadi pembicaraan antara Pak Dudi dan Pak Kardun , masalah Mang Jarkowi.
"Mang Jarkowi itu dikenal sebagai seorang yang agak kurang waras otaknya, karena tekanan bathin."Kata Pa Dudi sambil menunjuk dahi dan menepuk dadanya.
"Apakah si Mamang sudah menjadi kandidat RSJ Cikeumeuh itu ?" tanya Kardun.
"Ya, tapi dua hari di RSJ Cikeumeuh langsung sembuh dan boleh pulang, kemudian kambuh lagi."
"Apa penyebabnya ?" tanya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Menurut desas desus. Ia punya anak 3 orang meninggal 2 orang. tapi dalam daftar gaji dicantumkan 6 orang. Ini berlangsung dulu sebelum ada penertiban pegawai yang terkenal dengan nama"pemutihan."
"Bagaimana sampai terjadi sulap demikian menajubkan ? Pasti banyak yang terlibat dalam permainan ala Jarkowi ini ?"
"Setelah ada pemutihan dan keadaan dipulihkan kepada yang seharusnya, Si Mamang menderita semacam penyakit bathin. Kabarnya ia sering mimpi anaknya yang telah meninggal, dan fiktifnya menyalahkan perbuatannya itu."
"Maka si Mamangpun terpaksa dihentikan dari tugasnya." Sela Kardun.
"Yah, ketika diketahui bahwa ia sering berbuat yang aneh-aneh, memukul lonceng sembarang waktu, menyapu kelas bila ada pelajaran, berkomat-kamit atau tertawa sendiri di hadapan guru-guru dan murid-murid niscahya bukan hal yang wajar."
"Untunglah ketidakwarasannya adalah tidak termasuk yang membahayakan orang lain seperti memecahkan kaca jendela..." Sambil Pak Kardun bangkit dari tempat duduk dan melihat keluar dari jendela.
Pada saat bersamaan Mang Jarkowi melihat ke dalam kantor Kepala Sekolah dari jendela dan terjadilah beradu mata antara Mang Jarkowi dan Pak Kardun. Pak Kardun terperanjat kaget, tapi si Mamang hanya terkekeh-kekeh.
"Heheheh, Selamat pagi...heheh Bapak Kepala Sekolah...heheh." Sambil membersihkan jendela kaca dengan koran basah.
Pak Kardun berbicara dihadapan ratusan peserta seminar antara lain para guru, orang tua murid, Pak Camat, Lurah, Pemda, penjelasan seminar menggunakan In Focus.
Pak Kardun :" Suka atau tidak suka , siap atau tidak siap kita akan memasuki AFTA 2003 dan nanti APEC 2010. Dalam global Paradok John Naitsbitt menyebutkan bahwa dunia ini semakin menyempit sementara komponen-komponen terkecil semakin penting. Anak-anak didik kita akan memasuki pasaran tenaga kerja internasional, dengan melihat kondisi yang ada sekarang ini, anak didik kita akan kebingungan, mereka akan dilindas oleh para pesaing-pesaing mereka. Secara singkat produk pendidikan dalam negri tidak akan sanggup bersaing dengan pendidikan luar negri. Dan lebih menyedihkan lagi bagaimana tingkat pendidikan masyarakat kita di Legokwinaya dan sekitarnya..."
Menjelaskan dengan menggunakan tabel, jumlah penduduk, jumlah lulusan SD,SMP, SMU dan PT, buta huruf, jumlah sekolah , jumlah penganggur. Dihadapan ratusan peserta seminar Drs. Kardun selalu berhasil memukau para pendengar dengan uraian yang padat dan berisi.
Mang Jarkowi masuk ke dalam ruang sidang pastilah sangat tidak menguntungkan Drs. Kardun, dengan perawakan yang tinggi besar, duduk diantara deretan tamu-tamu pengunjung. Memperhatikan penjelasan Drs. Kardun sambil termangut-mangut, tanda kagum, sambil komat-kamit, kadang-kadang terkekeh-kekeh.
Pak Kardun : " Menurut Bobby De Porter dalam quantum Learning ada tiga keterampilan dasar yang harus diajarkan : Keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan hidup (life skill), belajar adalah proyek sepanjang hayat yang dapat dilakukan orang dengan penuh ceria dan sukses. Harga diri yang tinggi adalah unsur pokok dalam membentuk pelajar yang sehat dan bahagia."
Para peserta terpukau dengan ceramah yang disampaikan oleh Drs. Kardun. Pak Kardun berhenti berbicara dan melihat respon dari para peserta, kemudian dia melihat Mang Jarkowi diantara peserta seminar. Dia bicara dalam hati.
"Bagaimanapun juga ia adalah orang yang kurang waras, yang mungkin akan berbuat hal-hal yang kurang waras pula dalam sidang terhormat itu."
Drs. Kardun, maklum orang cerdas, segera tahu bahwa orang yang baru masuk itu pastilah orang"luar biasa" dalam arti yang negatif. Di hadapan ribuan hadirin, termasuk Panggede, mungkin Drs. Kardun akan tetap tenang, berkepala dingin. Akan tetapi bila diantara hadirin ada seorang yang kurang beres, maka soalnya akan lain.

Mang Jarkowi duduk dengan mulut terbuka, sebentar-sebentar tertawa, ter hehehh dan komat kamit. Apalagi bila perawakan jangkung besar diantara deretan tamu-tamu pengunjung, niscahya tidak memberikan ketenangan kepada bicarawan manapun juga.
Di podium Drs. Kardun yang tadinya berbicara lancar mulai kurang konsentrasinya melihat tingkah laku mang Jarkowi.
Pak Kardun : " Quantum berarti loncatan. Manusia ternyata memiliki kemampuan luas biasa untuk meoncat, untuk naik diatas kemampuan yang diperkirakan. Kita hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari potensi kita. We live only a small part of the live we are given. Betapa seringnya kita menyia-nyiakan potensi kita, baik karena kesalahan metode atau karena tidak memiliki keterampilan yang relevan. Itu menunjukan...itu menunjukan... (mulai tidak konsentrasi melihat Mang Jarkowi mulutnya komat-kamit)."
Keringat tiba-tiba mengucur dari tubuh tokoh kita. Bicaranya yang asalnya lancar. licin, lucu tiba-tiba menjadi macet, seperti Nyi Iteung (mobil Pede) Pengurus Daerah PGRI terganggu karburatornya.
Mang Jarkowi :" Itu menunjukan bahwa pendidikan itu...heheh" Berusaha membantu pidato Pak Kardun yang mendadak menjadi terbata-bata.
"Salah satu ...(sambil melihat Mang Jarkowi yang komat-kamit)...(menyeka keringatnya dengan sapu tangan). Membantu manusia untuk berkembang mencapai tingkat kesempurnaan setinggi-tingginya..."

Tangan bung Kardun yang tadinya digunakan untuk membantu memberikan tekanan dalam pidatonya, kini menggapai-gapai tak tentu raba. Sebentar-sebentar menyeka keringat, sebentar-sebentar memegang meja mimbar, sehingga sewaktu ball point "Erow" nya terjatuh, ia tidak mengetahuinya.
Pada detik itu pula Mang Jarwoki tiba-tiba tampak berdiri. Mata hadirin tertuju kepada sesosok tubuh tinggi besar menghampiri Drs. Kardun dengan tangannya mengacung-ngacung.
Mang Jarwoki : '' Pak...pak...Pak pembicara....'' Sambil mengacungkan tangannya.
Melihat situasi gawat ini, doktorandus kita dengan sigap meloncat dari mimbar dan...lari pontang panting seperti dikejar satu resimen Drakula. Si Mamang melihat Drs. Kardun lari, tertegun sejenak, kemudian mengejarnya. Maka berlarilah mereka laksana 2 orang atlit pelari cepat sedang menempuh babak final.

Peserta seminar berhamburan keluar menyaksikan perlombaan lari Pak Kardun dan Mang Jarwoki.
Pak Kardun : '' Waduh cilaka...tujuh puluh...dijewol sama orang gila....aduh...''

Drs. Kardun melompati pagar sekolah dengan cekatan, akan tetapi Si Mamang pun ternyata
mampu melakukannya dan terus mengejar sarjana kita yang pantatnya terpeot-peot karena takut dijewol mang Jarwoki yang bertangan besar-besar.
Kardun melintasi lapangan sepak bola dengan sekuat tenaga kakinya, akan tetapi ternyata Si
Mamang mengejarnya dengan terengah-engah.
Berkat pengalamannya sebagai atlit sewaktu muda, Drs. Kardun berhasil dapat meninggalkan
si Mamang sehingga bekas karyawan SD itu makin lama makin jauh tertinggal, mungkin karena tubuhnya yang tinggi gede.
Drs. Kardun kini merasa agak lega, karena pengejarannya makin jauh tertinggal, meskipun masih jauh berlari di belakangnya. Ia mengendorkan larinya, untuk sedikit mengambil nafas.
Kini bung Kardun telah jauh meninggalkan Mang Jarwoki yang nampaknya sudah kehabisan nafas dan akan menghentikan pengejarannya. Doktorandus kita melewati sebuah pematang sawah menuju pinggir jalan.
Pak Kardun : '' Mudah-mudahan si Mamang menghentikan pengejaran ini...haduh sudah cape...''
terengos-engos nafasnya keringat membasahi sekujur tubuh...

Pada detik itu pula sebuah malapetaka menimpa Drs. Kardun. Ia menginjak tumpukan kiambang diatas pematang itu dan terpeleset serta kehilangan keseimbangannya dan ... Ia terjatuh terjerumus kedalam kotakan sawah yang baru dibajak.
Pak KArdun : '' Addduuuuuuuuuhhhhhhhhh sakitnya tidak kepalang......'' Kakinya keseleo.

Doktorandus kita mencoba berdiri akan tetapi kini terasa olehnya bahwa kakinya keseleo. Ia merangkak-rangkak dan mencoba duduk untuk mengurut kakinya.
Pak Kardun : '' Aduh sakit lutut ku... aduhhhh.''

Tapi pada saat itu pula Si Mamang tumbuh kembali semangatnya dan langsung memburu Drs. Kardun yang telah tak berdaya.
Mang Jarwoki : '' Ter hehehehe....bagus....hehehehe bagus....hehehehe.''
Pak Kardun : Bicara sendiri '' Berlari, jelas tidak mungkin, melawan juga sama gilanya, apalagi melawan orang gila yang bertubuh besar tinggi dalam keadaan fisik yang demikian payah.'' Drs. Kardun berserah diri kepada Tuhan. ''Ya Tuhan ..... pembela kaum yang tertindas. Tolonglah hamba....'' Dengan suara yang melirih menahan rasa sakit di lututnya. Menunggu apa yang akan terjadi.

Si Mamang makin lama makin lama makin mendekat. Mulutnya terbuka,matanya melotot, mukanya berseri-seri, melihat Drs. Kardun yang tak berdaya.

Kini Mang Jarwoki sudah tinggal 2 meter dekatnya. Tangannya yang besar-besar merentangkan
ke arah Kardun, Drs. Kardun menutup matanya, menunggu tangan-tangan kekar Mang Jarwoki
meremas mukanya. Ia mendengar suara si mamang mendengus dan mengheeeeee.....
Mang Jarwoki : '' Hehehe..., pak. Ini ball point ''Ero'' milik Kardun."
Si Mamang lalu berbalik dan..... berlari kembali ketempat semula ke gedung seminar untuk mendengarkan ceramah lanjutan Drs. Karta Dundawigena.
Pak Jalil : Yah, ampun bapak....kayak kerbau kesakitan....di dalam lumpur.'' menghampiri sobatnya Pak Kardun.
Pak Kardun : '' Sompret ..... kamu Jalil bantu nih aku tidak bisa berdiri.....'' Sambil tangannya
menggapai minta di tarik.

Pak Jalil mengulurkan tangannya untuk menarik tangan Pak Kardun, tapi karena tubuh Pak Kardun lebih berat dan ada sedikit pikiran usilnya. Pak Kardun menarik Pak Jalil sehingga ia pun masuk kedalam kumbangan sawah seperti kerbau.... nampak dua ekor kerbau berwujud manusia.
Pak Dudi Panitia seminar datang membantu mereka berdua yang sudah seperti kerbau diatas petak sawah.....
Pak Dudi : '' Mari saya bantu.....'' Tangannya mengulurkan ke dua orang sobatnya.

Kontan saja keduanya menarik tangan Pak Dudi sehingga masuk kedalam kubangan lumpur. Jadilah 3 ekor kerbau di kubangan berwujud manusia. Akhirnya 3 ekor kerbau berwujud manusia itu menuju gedung seminar, yang sudah di tunggu oleh mang Jarwoki yang sudah ditunggu oleh mang Jarwoki yang duduk di tempat semula sambil terkekeh-kekeh....heheheheheheheheh............


0 komentar

Posting Komentar